Kisah sebelumnya: Mengetahui Kitab Kalamenjara raib, Nini Surkanti memerintah Sri Kantil untuk segera mencarinya. Dan gadis itu langsung berpikir bahwa pemuda gondrong yang aneh itulah yang telah mencuri kitab bertuah tersebut. Perkelahian sengit antara keduanya pun tak terelakkan.
-------
Sri Kantil terjengah. Ia merasakan aliran darahnya menghangat dan degup jantung berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Sesaat pandangannya bersirobok dengan mata pemuda gondrong yang masih erat menangkup pinggangnya itu.
Tak ingin terjebak terlalu jauh dalam perasaan aneh, Sri Kantil berusaha uwal. Lepas dari pelukan. Tapi itu bukan hal yang mudah. Sebab ternyata pemuda gondrong itu semakin mempererat pelukannya.
Maka tak pelak lagi. Terjadilah pergumulan sengit. Saling tarik ulur. Serupa tarian. Sri Kantil dengan gerakan meliuk-liuk mencari celah agar bisa melepaskan diri. Sementara pemuda gondrong itu mengikuti setiap gerakan Sri Kantil dengan gerakan tandingan yang amat manis.
Tak jauh dari tempat pergumulan aneh itu, dua pasang mata tampak serius mengawasi.
Nini Surkanti. Di sampingnya berdiri Ki Brojosamusti.
"Mereka tidak sadar telah menciptakan ilmu itu, Ni. Jurus Tarian Maut! Itu bagus sekali! Jika dipadukan maka keduanya akan menjadi pasangan pendekar yang luar biasa. Serasi dan tak terkalahkan!" Ki Brojosamusti berseru takjub.
Nini Surkanti tidak menyahut. Matanya sibuk memperhatikan gerakan demi gerakan yang dilakukan oleh Sri Kantil dan sang pemuda.
Pada keseratus hitungan, liukan serupa tarian itu terhenti. Tubuh Sri Kantil mendadak terpental jauh. Sebuah hantaman keras telah mengenai dadanya.
"Apa yang kau lakukan, Ni?!" Ki Brojosamusti menatap Nini Surkanti yang sudah berdiri sigeg memasang kuda-kuda.