Aku pernah berjanji kepadamu untuk memberitahu syair mana yang menyiratkan rasa cemburu. Maka malam ini di sela menguarnya aroma kopi, kupenuhi janjiku itu.Â
Inilah bait-bait puisi yang ditulis oleh perempuan yang mengaku tertawan oleh rasa cemburu. Perhatikan. Lalu simaklah baik-baik. Pada larik -larik yang tertorehkan kelak akan kau temukan di bagian mana syair cemburu itu disembunyikan.
Bulan terbelah
Itu pertanda ada hati yang tengah gundah gulana. Gundah bercampur resah tersebab pucuk dicinta ulam tak kunjung tiba.
Senja yang terluka
Ah, ini terlalu mudah. Perumpaan senja yang terluka adalah siratan nyata suasana batin penulisnya. Senja memang pecundang paling andal tuk lampiasan segala perkara. Utamanya perkara yang menyangkut urusan cinta.
Hujan yang merintih
Itu berarti ada dada yang tengah terhimpit perih. Perih tersebab rindu. Namun yang dirindu tak mau tahu.
Mimpi yang hilang
Bisa jadi nun jauh di sana ada seseorang yang diam-diam memendam rasa sayang. Sayang tak terbilang namun sulit nian tersampaikan.
Mendung bersaput kabut
Oh, si empunya puisi tengah dirundung kalut. Kalut nan carut marut akibat cinta tak kunjung bersambut.
Apakah hanya itu? Tanyamu sembari tersenyum penuh arti.Â
Tentu saja tidak. Ungkapan cemburu begitu banyak. Tapi aku enggan menyebutkan secara rinci. Sebab aku khawatir kau akan segera mengerti. Siapa sebenarnya pemilik hati yang tengah menahan cemburu setengah mati.
Aku sudah tahu siapa perempuan pencemburu itu. Ujarmu seraya merentangkan kedua tangan. Dan ketika tiba-tiba kau mendaratkan bertubi ciuman--di bibirku, maka sekejap itu lenyaplah sudah rasa cemburu.
***