"Aku sudah membaca gelagat tidak baik usai kauperlihatkan rekaman pembicaraan bersama orang itu, Don. Ia tipe pria pengkhianat," kali ini aku berkata.serius. Don menatapku.
"Kalau aku bagaimana, Sherlick?Menurutmu aku ini tergolong pria yang ..."Â
"Ehem!" Jhon berdehem. Aku melambaikan tangan ke arahnya.
"Jhon, sementara aku mandi, tolong temani Inspektur Don mempelajari foto-foto Nona Mirza, ya!" aku beranjak. Meninggalkan dua pria yang tak sempat lagi menolak perintahku.
***
Dari informasi yang disampaikan oleh Inspektur Don Apole, aku mengetahui bahwa pria keturunan Timur Tengah itu sekarang tengah berada di suatu tempat. Sepertinya ia telah berhasil mengelabuhi banyak orang. Termasuk pemerintah.
Dan masih menurut penuturan Don, di tempat pelariannya itu, si pria tua mendapat pengawalan sangat ketat dari anak buahnya.
"Dia tidak bisa tersentuh, Sherlick. Baik secara fisik maupun hukum," Don mengeluh panjang. Aku mengibaskan rambutku yang masih basah. Sembari menuang teh panas ke dalam cangkir.
"Kecuali jika Nona Mirza bersedia membeberkan semuanya, bukan?" aku menimpali.Â
"Tapi kita tidak bisa terlalu berharap kepada Nona itu, Sherlick. Sebab..." Inspektur muda itu tidak melanjutkan kalimatnya. Jhon yang tengah asyik membaca koran seketika menatap ke arahku.
"Sebab Nona cantik itu telah positif diculik, Sherlick. Koran pagi baru saja memuat beritanya," Jhon mengangkat koran di tangannya. Menunjukkan tulisan besar-besar ke arahku.