Keterlibatan Inspektur Don Apole dalam setiap menangani kasus bukan berarti aku tidak bisa mengandalkan Jhon. Bukan begitu. Jhon sama andalnya dengan Inspektur muda yang penampilannya agak misterius itu. Hanya saja, untuk urusan birokrasi, Don--begitu aku memanggilnya, ia lebih cekatan dibanding Jhon.
Terdengar langkah tergesa menaiki anak tangga. Kupikir itu pasti tukang koran yang biasa datang di jam-jam seperti ini.
Jhon yang berinisiatif membuka pintu.
"Masuklah, Don!" terdengar Jhon berseru lantang. Sejenak aku mematikan laptop. Berdiri menghadap ke arah pria yang berdiri di samping Jhon, yang mengenakan mantel tebal untuk menangkal udara dingin.
"Selamat pagi, Don. Kau muncul seperti thunder," aku tersenyum ke arahnya. Inspektur muda itu tidak menyahut. Ia melepas topi dan mantelnya, kemudian menggantungkan benda-benda itu di atas hanger yang berada di sudut ruang tamu.
"Aku harus bicara denganmu, Sherlick. Ini penting," Don menarik sebuah kursi, lalu duduk tepat di hadapanku.
Entah mengapa pagi itu aku melihat wajah Don Apole tampak begitu lugu dan manis.
***
Don mengeluarkan secarik kertas dari saku seragamnya. Ia mengamati sejenak catatan-catatan kecil di tangannya sebelum kemudian menyodorkan kertas itu ke arahku.
"Jadi pria berdarah Timur Tengah itu ternyata kabur, ya?" aku tersenyum, tidak bisa lagi menyembunyikan rasa geli.
"I-ya, Sherlick. Aku menyesal waktu itu tidak mendengarkan saranmu," Don mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya.