"Apakah seseorang telah merekomendasikan saya kepada Anda?" aku menegaskan. Ia mengangguk.Â
"Hmm, biar kutebak. Orang itu pasti, Jhon! Ah, sepupuku itu, terkadang ia suka berlebihan mempromosikan diriku. Tapi dia benar. Nona datang pada orang yang tepat."
Aku membetulkan posisi dudukku. Kali ini aku menatap perempuan tinggi semampai itu dengan mata agak mengatup.
***
Hanya sebentar ia bertamu. Sekitar dua puluh menit. Sebelum meninggalkan ruangan, Nona Mirza memasang kembali wig dan kumis palsunya.
"Jadi Anda masih enggan mengklarifikasi tuduhan itu Nona?" aku berdiri. Perempuan itu mengangguk.
"Tapi saya sudah merekam pengakuan jujur di dalam flashdisk pribadi saya, Miss. Sherlick. Untuk berjaga-jaga." Ia berdiri lalu membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Apakah Anda butuh pengawalan, Nona Mirza? Jika tidak keberatan, Jhon akan dengan senang hati menemani Anda," aku menawarkan. Nona Mirza menggeleng.
"Penyamaran saya cukup sempurna, Miss. Sherlick. Tak seorang pun bisa mengenali saya. Kecuali Anda, tentunya!" ia tertawa serak. Kuantar perempuan itu hingga di ambang pintu.
Sebentar kemudian terdengar langkah tergesa berderap menuruni anak tangga melewati lorong apartemen.
"Jhon!" aku berseru lantang. Jhon yang sejak tadi berada di ruang baca menampakkan diri.
"Ikuti dia, Jhon. Perempuan itu dalam bahaya!" aku membuka tirai jendela sedikit. Mengintip ke jalanan. Tampak Nona Mirza berlari-lari kecil di sepanjang trotoar.