Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cermin | Merawat Pohon Persahabatan

27 Agustus 2018   11:33 Diperbarui: 27 Agustus 2018   11:44 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh, ketika menulis artikel ini perasaan saya mengharu biru. Meski saya sudah pernah menceritakan muasal persahabatan kami--sekitar 3 tahun lalu, toh rasa baper tetap saja menyelimuti hati saya.

Tanpa terasa sudah sekian lama saya dan mahluk mungil nan cantik itu menjalin persahabatan. Mulai saat ia masih melajang hingga kini sudah menjadi Ibu dari bayi mungil yang lucu.

Kekhawatiran saya ketika ia menyudahi masa lajangnya, sekitar pertengahan tahun 2016---bahwa persahabatan kami durasinya akan berkurang sebab dia sudah memiliki keluarga, ternyata tidak terbukti. Hingga kini kami masih sering jalan bareng, makan bareng atau sekadar bersenda gurau lewat chat WA. Tidak ada yang berubah.

Saya patut menuliskan perjalanan persahabatan kami ini. Memberi apresiasi kepada 'pohon persahabatan' yang telah kami rawat bersama-sama dengan baik. Dengan cara-cara yang amat menyenangkan tentunya. Sebab bagi kami bersahabat itu harus bersinergi, kedua-duanya harus merasa senang, gembira, nyaman dan bahagia.

Senangkah saya bersahabat dengannya? Tentu saja iya. Perkenalan dan pertemuan kami dalam keadaan sama sekali tidak terduga dan tidak terpikirkan merupakan mukzizat tiada tara.

Gembirakah saya ketika bertemu dan bercakap-cakap dengan dia? Tentu saja. Ia seperti oase di padang gersang. Ketika hati saya sedang galau, berinteraksi dengannya mendadak saya melupakan bahwa saya sedang dilanda kesedihan. Ia pandai membuat saya hanyut dalam keceriaan. Bersamanya sedih dan airmata tidak memiliki kesempatan untuk tinggal berlama-lama.

Perbedaan Keyakinan dan Usia Bukan Penghalang 

Ketika banyak orang memperdebatkan dan sibuk mempersoalkan perbedaan keyakinan, kami justru menjalin persahabatan dengan akrab. Dan terbukti kami bisa! Yup, kami memang berbeda keyakinan. Juga berselisih usia terpaut jauh. Saya muslimah. Dia nasrani. Tapi kami sama sekali tidak merasakan adanya perbedaan itu. Kami enjoy menikmati pertemanan kami.

Bagaimana kami memupuk pohon persahabatan yang kami tanam bersama-sama dengan tangan yang berbeda?

Kuncinya adalah saling memahami. Saling menghargai. Sebab kami sadar, berangkat dari menghargai hal-hal kecil--dimulai dari lingkup kita sendiri, maka kelak kami akan tahu bagaimana menghargai hal-hal besar, dalam lingkup yang lebih besar.

Kami selalu menempatkan 'pohon persahabatan' di tempat yang paling tinggi. Menjaga agar pohon tersebut tetap tumbuh subur tanpa terganggu oleh gulma atau parasit yang sama sekali tidak menguntungkan.

Dan yang lebih utama, kami bersahabat dari hati. 

Dokpri. Sama-sama suka sawah.
Dokpri. Sama-sama suka sawah.
Saling Mensupport 

Ada masa-masa di mana persahabatan kami dihampiri oleh kerikil-kerikil tajam yang butuh disingkirkan. Semisal, saya mengalami situasi buntu, yang membuat saya sedih berkepanjangan. Saya pun tak segan menghubungi dia. Meminta segera bertemu dengannya. Dan dia, sama sekali tidak berkeberatan. Meski saat itu saya telah mengganggu jam kerjanya di kantor.

Ketika saya muncul, ia menyambut saya di ambang pintu kantor dengan senyum manis dan membawa saya ke ruang kerjanya. Lalu kami berbincang lama. Mendiskusikan permasalahan sampai menemukan titik terang. Dan sungguh menakjubkan. Dari sosok mungil yang usianya jauh di bawah saya, pikiran saya pecah. Saya bisa pulang dengan hati tenang. Beban berat yang mengganjal perasaan saya menjadi ringan.

Demikian sebaliknya. Ketika ia meminta saya mendengarkan hal-hal yang membuatnya gelisah (jarang sekali sih, sebenarnya), saya dengan senang hati akan menyisihkan waktu. Meski ketika itu saya sedang sibuk mengajar bimbel, saya akan mencuri-curi kesempatan demi bisa berkomunikasi dengannya. Ketika saya merasakan suasana hatinya sudah mencair, barulah saya pamit untuk kembali menghadapi murid-murid saya. Dan kami selalu mengakhiri percakapan dengan tebaran emo tawa riang yang sungguh--berjubel memenuhi kotak inbok kami.  

Mengukuhkan Misi dan Menyelaraskan Aksi

Kami dipertemukan melalui dunia maya. Dunia di mana rawan akan hal-hal yang tidak menyenangkan. Banyak sekali kejadian buruk menimpa seseorang yang menjalin pertemanan lewat dunia tidak nyata ini. Saya menyampaikan ini karena memang saya pernah mengalaminya. Bahkan sering. Dari pertemanan yang tidak tulus yang mengarah ke soal fulus, sampai ke hal-hal pribadi. Yang pada akhirnya memberikan pelajaran sangat berharga bagi diri saya.

Dan sahabat mungil saya ini tidak henti-hentinya mengingatkan. Memberi masukan agar saya senantiasa berhati-hati. Sebab ia menilai saya ini orangnya kurang tegas. Cenderung lemah. Sehingga mudah sekali dipengaruhi.

Saya mengakui benar akan hal itu. Itulah sebab saya bersyukur Tuhan mempertemukan saya dengannya. Darinya saya belajar banyak. Termasuk belajar bagaimana mengeksekusi orang-orang yang berniat tidak baik kepada saya.

Persahabatan kami tidak melulu berkisar kepada soal curhat mencurhat saja. Tapi juga mengarah ke satu hal. Yakni misi berbagi.

Ya. Di sela-sela waktu tertentu kami membicarakan tentang berbagi. Berbagi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Salah satu contoh, karena kami sama-sama menggeluti dunia fiksi, maka ketika ide untuk berbagi ilmu kepada adik-adik pelajar SMK yang berminat serius menekuni dunia literasi meluncur, kami berdua gegas mewujudkannya. Tanpa pamrih. Tanpa embel-embel bayaran. Dan dari kegiatan kami tersebut lahirlah buku kumpulan puisi karya mereka---adik-adik pelajar SMK yang kami bidani berdua, di bawah naungan Penerbit Jentera Pustaka.

Dokpri. Saat bersama adik-adik SMK Al-Kaffah. Launching buku antologi puisi mereka.
Dokpri. Saat bersama adik-adik SMK Al-Kaffah. Launching buku antologi puisi mereka.
Juga ketika ide untuk menampung karya tulis teman-teman sesama kompasianer melintas, kami berdua serius membicarakannya. Kami lantas berbagi tugas. Ia (yang kala itu hamil muda) kebagian melobi penerbit, karena memang sudah mengenal baik para punggawa Jentera Pustaka. Sedang saya bekerja di belakang layar. Membantu mengedit naskah teman-teman sebelum masuk ke dapur penerbit. Kami selalu melakukan hal itu, berdua, dengan sebaik-baiknya. Tidak main-main. Bisa memakan waktu bermalam-malam, berbulan-bulan. Sebab kami ingin karya yang kami sodorkan sedapat mungkin minim dari typos. Agar tidak mempersulit kerja tim penerbit. Istilah kerennya self editing.   

Dari kerja sama dan kerja keras tersebut lahirlah dua buku antologi kumcer karya teman-teman kompasianer. Salah satu buku sudah berhasil terbit yakni kumcer bertitel Orang Ketiga.

Foto dokumen Jentera Pustaka FB
Foto dokumen Jentera Pustaka FB
Sedang satu buku kumcer yang lainnya, Iblis Setengah Malaikat--tinggal menunggu tes cetak. Terima kasih kepada Jentera Pustaka yang telah membantu mengikat persahabatan kami.

Sumber dokumen Jentera Pustaka
Sumber dokumen Jentera Pustaka
Contoh lain misi yang rutin kami jalankan adalah 'berbagi kasih' untuk anak-anak yang kurang beruntung. Hampir di setiap perbincangan kami saling mengingatkan misi ini. Sapaan, "Mbak Lilik sudah waktunya kita berbagi," atau--"Say, kapan kita berbagi lagi?" adalah bumbu penyedap yang mewarnai hari-hari kami.

Sahabat mungil saya ini kebetulan memegang kendali kas keuangan. Ia selalu menyampaikan bahwa ada sisa uang sekian untuk berbagi. Dan saya mengamininya sekaligus siap membantu menyalurkannya.

Demikianlah hal-hal yang kami lakukan untuk merawat dan memperindah pohon persahabatan. Semoga pohon yang kami tanam itu tumbuh kian subur dan berbuah manis. Semanis senyum kami menyambut datangnya matahari pagi.

Foto dokrpi. Saat menjadi among tamu ICD 2018 di Taman Krida Budaya Malang
Foto dokrpi. Saat menjadi among tamu ICD 2018 di Taman Krida Budaya Malang
***

Malang, 27 Agustus 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun