Gadis berseragam itu berteriak lantang. Sejenak kata-kata ingin menyanggah. Tapi ia terburu terperangah. Gadis itu sudah melayang. Membuang diri jatuh ke dasar jurang.
Kata-kata itu seperti kita. Kadang ia lemah. Tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa tercengang, terkungkung dalam ketidakmengertian.
Kini kata-kata menyadari. Kemana semestinya ia pergi. Ia harus kembali. Menemuimu, yang masih melamun di atas lingkaran jamban.
Mungkin lebih baik begitu. Bersamamu kata-kata merasa lebih berarti. Sebab ia tahu--sesulit apa pun hidup ini, kau tak akan mungkin berbuat nekat dengan menceburkan diri ke lubang jamban.
***
Malang, 25 Agustus 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H