Namun, Nabi Ibrahim akhirnya menyerah. Ketika kecemburuan Siti Sarah sudah sampai pada batas paling puncak. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Nabi Ibrahim memutuskan membawa Siti Hajar pergi sejauh-jauhnya dari rumah. Di mana kala itu Siti Hajar baru saja melahirkan seorang bayi mungil.
Apa yang menimpa keluarga Nabi Ibrahim sesungguhnya adalah bentuk ujian dari Allah. Allah ingin menakar kadar kesabaran dan ketakwaan seseorang dengan berbagai cara.
Pada diri Siti Sarah diuji dengan kemandulan. Dan dari buah kesabarannya kelak Allah menganugerahinya seorang putra---Ishaq, di usia yang sudah sangat uzur. Hal ini membuktikan bahwa Allah memang Maha Berkehendak.
Sementara pada diri Siti Hajar diuji kesabaran ketika ia terpaksa ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di tengah gurun pasir yang tandus bersama bayi mungilnya, Ismail.
Ketika doa mengalahkan keputusasaan. Dan kesabaran jauh lebih dikedepankan, maka pertolongan Allah mendadak hadir. Dari kaki mungil Ismail memancarlah air segar--zam-zam. Air yang hingga kini bisa dinikmati oleh seluruh umat dunia yang berkesempatan bertamu ke rumah Allah.
Yang paling akhir ujian untuk Ismail kecil. Bocah itu tetap tenang dan tegar ketika mengetahui bahwa dirinya akan disembelih. Dijadikan kurban sesuai perintah Allah yang datang melalui mimpi Ayahandanya.
"Jika itu perintah Allah, maka segera lakukan Ayah..."
Allah tidak akan meninggalkan hambaNya dan akan senantiasa memberikan pertolongan kapan pun dibutuhkan dengan menjaga sabar, adalah kunci utama Nabi Ibrahim dalam menjalani kehidupan bersama keluarganya.
Innaallaha ma'a shobirin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Selamat menyongsong Hari Raya Idul Adha 1439 H. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang meneladani kesabaran dan ketakwaan keluarga Abul Anbiya'--Bapak para Nabi, Ibrahim as.
Amin yaa Robbal alamin...