Kali ini Sarpakenaka asli menjerit. Bukan berpura-pura lagi. Jeritannya melengking membahana ke seluruh hutan Dandaka. Membuat bulu kuduk yang mendengarnya merinding.
Disertai napas memburu raseksi yang sudah kalap itu sekali lagi merandek maju.
"Dasar jurig keras kepala!" Laksmana kembali mengangkat tangannya.Â
Dan, duaaarrr!!!Â
Sebuah ledakan keras keluar dari tangan Laksmana. Ledakan itu membuat telinga Sarpakenaka serasa tuli. Tubuhnya kembali terpental. Lalu tanpa sadar ia mengumpat menggunakan rapalan mantra.Â
Sarpakenaka lupa. Jika mantra itu berpengaruh besar pada dirinya. Mantra yang diucapkan secara main-main akan mengembalikannya ke wujud asli.
Rambut gimbal. Mata belok berwarna merah. Hidung bonggol sebesar buah semangka dan mulut lebar mulai muncul, menghapus kecantikan palsu yang diciptakannya.
Hal itu membuat Sarpakenaka semakin marah terhadap Laksmana.
Sementara itu, nun jauh di tepi hutan, Dewi Shinta sempat mendengar suara jeritan Sarpakenaka. Merasa khawatir dengan keadaan suami dan adik iparnya yang belum juga pulang, Dewi Shinta memutuskan untuk menyusul.
Ia merasa lega ketika menemukan dua kakak beradik yang amat disayanginya itu dalam keadaan baik-baik. Namun Dewi Shinta juga terkejut saat melihat mahluk mengerikan yang berdiri di hadapan mereka.
"Adindaku. Jangan mendekat. Dia raseksi jahat," Rama menyongsong Dewi Shinta, merengkuh pundak istrinya itu dan mengajaknya pergi menjauh.