Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasar Dadakan Sulfat Berkah Lain di Bulan Ramadan

27 Mei 2018   08:51 Diperbarui: 27 Mei 2018   08:47 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dokpri, aneka minuman takjil

Selalu ada yang istimewa di bulan suci Ramadan. Salah satunya muncul pasar-pasar dadakan. Baik itu di sepanjang gang kampung-kampung atau di pinggir jalan-jalan protokol. 

Anehnya orang-orang (pemakai jalan) sama sekali tidak merasa terganggu meski jalanan tiba-tiba berubah macet. Terutama di jam-jam mendekati saat berbuka.

Menghadapi fenomena pasar dadakan ini biasanya akan diturunkan pihak keamanan lebih banyak atau jukir mendadak terlihat lebih sibuk dari biasanya. Mereka mendapat tugas tambahan harus wira-wiri menyeberangkan ibu-ibu atau anak-anak yang hendak menyeberang jalan.

Bulan puasa memang bulan penuh berkah. Segala kegiatan yang mengarah kepada kebajikan, meski hanya sebesar biji sawi Allah menjanjikan pahala berlipat ganda. Demikian pula amalan yang dilakukan oleh para jukir yang sudah membantu menyeberangkan para pengguna jalan. Itu adalah sisi lain dalam mencari keberkahan di bulan Ramadan.

Kebetulan sore itu udara cerah. Saya menyempatkan diri mengintip keberadaan pasar dadakan yang berada di Jalan Sulfat Malang, yang entah siapa dulu penggagasnya, tahu-tahu muncul dan menjamur di sepanjang jalan raya pada setiap bulan Ramadan. 

Foto : Dokpri, lapak-lapak didirikan berjejer rapi di sepanjang trotoar
Foto : Dokpri, lapak-lapak didirikan berjejer rapi di sepanjang trotoar
Aneka jajanan, Lauk Pauk dan Minuman Segar Masih Mendominasi Pasar Dadakan

Sore itu saya berangkat dari rumah sekitar pukul 4 usai sholat Asar. Saya sengaja tidak masak menu berbuka untuk hari itu. Saya ingin membeli lauk siap saji sembari berjalan-jalan menyisir pasar dadakan yang bisa dipastikan tak pernah sepi oleh pengunjung.

Bersama anak laki-laki saya yang bertugas menjadi tukang ojek bagi emaknya, motor meluncur ke Jalan Sulfat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal saya, sekitar 3 km.

Sesampai di lokasi, anak lanang memarkir motor di depan area pertokoan dan memilih menunggu, membiarkan emaknya  ucul  menyeberang jalan menuju area para pedagang. 

Sembari  tolah-toleh  saya pun mulai beraksi. Berjalan bolak balik dari satu lapak ke lapak lain untuk mengambil gambar. Beberapa mata menatap saya. Mungkin sedikit curiga. Sebab pengunjung lain sibuk memilih makanan, lah saya malah sibuk memotret di sana-sini.

Kaki saya melangkah dari area pasar paling ujung dan berakhir di tengah-tengah di mana sebuah warung bertuliskan 'Gudeg Bunda' dirubung pembeli.

Foto : Dokpri, tampilan 'Gudeg Bunda' di pasar dadakan Sulfat Malang
Foto : Dokpri, tampilan 'Gudeg Bunda' di pasar dadakan Sulfat Malang
Ya, sejak beberapa hari ini saya memang ngidam ingin berbuka lauk gudeg. Maka usai memotret secara diam-diam tampilan gudeg yang menggiurkan itu, saya segera memesan satu porsi untuk dibawa pulang.

Saya sempat ngobrol sedikit dengan ibu penjual gudeg yang sibuk melayani pembeli. Menurut ibu pemilik warung yang lebih suka dipanggil Bunda itu, ia mulai membuka warungnya sekitar pukul satu siang dan tutup jam delapan malam usai sholat tarawih. Alhamdulillah. Tidak ada razia di pasar dadakan. Semua berjalan tertib, lancar dan aman. 

Saya juga sempat menyaksikan wajah-wajah sumringah para penjual lain di sana. Wajah-wajah yang tentu saja berharap mendapat rezeki yang halal dan penuh berkah di momen Ramadan yang datang hanya setahun sekali ini.

Secara tidak sengaja, sesungguhnya di dalam kegiatan pasar dadakan ini sikap toleransi masyarakat dengan sendirinya telah terbentuk. Contohnya, para penjual hanya melayani pesanan makanan untuk dibawa pulang sebelum jam berbuka tiba. Dan para pembeli pun paham akan hal itu, tidak terlihat satu orang pun yang memesan makanan untuk disantap di tempat meski disediakan tempat duduk dan meja berjejer rapi di sekitar area pasar.

Oh, ya, layaknya pasar-pasar dadakan lainnya, pasar yang muncul di sepanjang jalan Sulfat ini memajang dagangan yang masih didominasi oleh aneka jajanan, lauk pauk serta minuman segar.

Foto : Dokpri, aneka jajanan
Foto : Dokpri, aneka jajanan
Foto : Dokpri, aneka lauk
Foto : Dokpri, aneka lauk
Foto : Dokpri, aneka minuman takjil
Foto : Dokpri, aneka minuman takjil
Sekitar tiga puluh menit wira-wiri ke sana kemari, saya kembali menyeberang jalan menemui anak lanang yang terlihat sudah boring. 

"Kemana lagi kita, Ma?" ia bertanya sambil nyengir. Saya pun tahu diri. Itulah sebab saya lantas memilih mengajaknya pulang. 

***

Malang, 27 Mei 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun