Selalu ada yang istimewa di bulan suci Ramadan. Salah satunya muncul pasar-pasar dadakan. Baik itu di sepanjang gang kampung-kampung atau di pinggir jalan-jalan protokol.Â
Anehnya orang-orang (pemakai jalan) sama sekali tidak merasa terganggu meski jalanan tiba-tiba berubah macet. Terutama di jam-jam mendekati saat berbuka.
Menghadapi fenomena pasar dadakan ini biasanya akan diturunkan pihak keamanan lebih banyak atau jukir mendadak terlihat lebih sibuk dari biasanya. Mereka mendapat tugas tambahan harus wira-wiri menyeberangkan ibu-ibu atau anak-anak yang hendak menyeberang jalan.
Bulan puasa memang bulan penuh berkah. Segala kegiatan yang mengarah kepada kebajikan, meski hanya sebesar biji sawi Allah menjanjikan pahala berlipat ganda. Demikian pula amalan yang dilakukan oleh para jukir yang sudah membantu menyeberangkan para pengguna jalan. Itu adalah sisi lain dalam mencari keberkahan di bulan Ramadan.
Kebetulan sore itu udara cerah. Saya menyempatkan diri mengintip keberadaan pasar dadakan yang berada di Jalan Sulfat Malang, yang entah siapa dulu penggagasnya, tahu-tahu muncul dan menjamur di sepanjang jalan raya pada setiap bulan Ramadan.Â
Sore itu saya berangkat dari rumah sekitar pukul 4 usai sholat Asar. Saya sengaja tidak masak menu berbuka untuk hari itu. Saya ingin membeli lauk siap saji sembari berjalan-jalan menyisir pasar dadakan yang bisa dipastikan tak pernah sepi oleh pengunjung.
Bersama anak laki-laki saya yang bertugas menjadi tukang ojek bagi emaknya, motor meluncur ke Jalan Sulfat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal saya, sekitar 3 km.
Sesampai di lokasi, anak lanang memarkir motor di depan area pertokoan dan memilih menunggu, membiarkan emaknya  ucul menyeberang jalan menuju area para pedagang.Â
Sembari  tolah-toleh  saya pun mulai beraksi. Berjalan bolak balik dari satu lapak ke lapak lain untuk mengambil gambar. Beberapa mata menatap saya. Mungkin sedikit curiga. Sebab pengunjung lain sibuk memilih makanan, lah saya malah sibuk memotret di sana-sini.
Kaki saya melangkah dari area pasar paling ujung dan berakhir di tengah-tengah di mana sebuah warung bertuliskan 'Gudeg Bunda' dirubung pembeli.