Kuberitahu satu hal kepadamu. Sebab beginilah rasanya mencintai. Seperti embun yang relakan sejuknya terenggut sengat sinar mentari. Seperti malam yang meringkuk pasrah di altar pelaminan bertajuk sunyi. Seperti alang-alang yang menangkup pinggang udara, lalu luruh merebah berdekap tanah merah nan basah.
Kuberitakan kepadamu. Sebab beginilah rasanya mencintai. Jiwa berlari--jauh--menyesatkan diri. Seperti kembara yang terperangkap di belantara tak bertuan. Tak tahu, atau memang sengaja tak mau tahu, jalan setapak mana menuju arah pulang.
Mari kuceritakan kepadamu. Sebab beginilah rasanya mencintai(mu). Airmata adalah teman seperjuangan paling jalang. Yang kerap menari bertelanjang. Tanpa ketukan. Tanpa suara. Tanpa birama. Hanya merajuk. Berpeluk pada ujung tempias hujan. Lalu luruh. Merapuh untuk kemudian lesap dalam gigil bernama senyap.
Masih inginkah engkau kuberitahu? Atau sekadar kuberitakan?Â
Tentang hati yang tak berhenti mencintai. Tentang perasaan yang amat sulit dinasehati.Â
Tentang aku, kamu.Â
Ya. Tentang kita. Yang masih saja berdiri berpagut diam.Â
***
Malang, 27 Mei 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Note : Adakalanya timbul perselisihan di antara para kekasih. Namun, sungguh tidak diperkenankan saling mendiamkan lebih dari tiga hari...^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H