Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Seberapa Besar Buku Mempengaruhi Kita?

17 April 2018   11:14 Diperbarui: 17 April 2018   11:27 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengakui dengan senang hati, riang gembira bahwa saya adalah maniak petualangan misteri Tuan Sherlock Holmes. Memang demikianlah kenyataannya. Dan saya tidak bisa berhenti untuk tidak membahasnya. Mata saya akan berbinar-binar setiap kali membicarakan sosok imajinatif karya Sir Artur Conan Doyle ini. 

Anda boleh percaya boleh tidak, rak buku saya dipenuhi oleh kisah-kisah Tuan Holmes, mulai dari  The  Chopper Beach,  Sussex Vampire,  The  Three Gables  dan masih banyak lainnya. Bukan hanya itu, laptop saya pun penuh terjejali oleh film-film Tuan Holmes mulai dari yang diperankan oleh aktor jadul sampai aktor paling keren, Benedict Cumberbatch.

Pernah suatu hari anak-anak sampai mengingatkan saya, "Mom, bahaya terlalu nge-fans seperti itu."

Menanggapi kekhawatiran tersebut saya hanya tertawa. Tapi mau bagaimana lagi? Saya sudah kadung jatuh hati kepada sosok yang satu ini.

Bertemu Anjing Setan Secara Tidak Sengaja

Awal mula saya berkenalan dengan Tuan Holmes ketika duduk di kelas 4 SD. Perkenalan itu terjadi secara tidak sengaja. Saya menemukan buku tipis karya Conan Doyle ini saat Ayah saya hendak 'meloakkan'nya. Ya, meloakkannya. Bisa saya bayangkan andai kala itu saya luput memperhatikannya, mungkin hingga kini saya tidak bakal tahu dan mengenal siapa Sir Arthur Conan Doyle dan siapa itu Tuan Sherlock Holmes. 

Saya patut bersyukur untuk semua karunia ini.

Saya masih ingat (dan barangkali akan terus mengingatnya) bagaimana mata saya saat itu langsung terpaku pada tulisan 'Misteri Anjing Setan' yang tercetak miring. Dan otak saya langsung merespon untuk membacanya.

Riwayat Kemunculan Sherlock Holmes Itu Sendiri

Sebenarnya kisah detektif ini sudah ditulis oleh Sir Conan Doyle sejak tahun 1886 dalam bentuk novel. Namun kurang mendapat respon pasar yang memuaskan. 

Barulah pada tahun 1891 majalah  The Strand  sebuah majalah bulanan yang beredar di Inggris pertama kali, yang mengkhususkan diri menyajikan cerita fiksi baik cerpen maupun serial, memuat karya Sir Arthur Conan Doyle -- A Scandal in Bohemia. Dan kemunculan detektif  Sherlock Holmes mendapat respon luar biasa. Mampu meroketkan oplah majalah  The Strand.  Hal ini membuat Greenhough Smith sang editor  The Strand  meminta Sir Arthur Conan Doyle untuk terus menulis cerita pendek dengan tokoh yang sama.

Sherlock Holmes Pernah Dibunuh oleh Penulisnya Sendiri

Sir Arthur Conan Doyle adalah seorang dokter. Di sela-sela waktu menunggu pasien di ruang konsultasinya, ia mencoba menulis. Dan ia menemukan tokoh utama seorang detektif  jangkung, nyentrik, yang diberi nama Sherlock Holmes. 

Kemunculan tokoh imajinatifnya itu ternyata amat digemari oleh para pembaca. Sir Arthur akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang dokter dan memilih meneruskan fokus menulis. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan--bahwa Sir Arthur Conan Doyle tidak kalah nyentriknya dengan detektif rekaannya itu sendiri.

Pada suatu ketika, Sir arthur mengalami titik jenuh sebagai penulis detektif. Ia sempat berperang batin untuk segera membunuh Sherlock Holmes. Dan dalam satu kisah, ia benar-benar melakukannya. Ia membunuh Sherlock Holmes dengan menjatuhkannya ke dalam jurang saat bertarung dengan musuh bebuyutannya, Jim Morriarty.

Keputusan Sir Athur mematikan Sherlock ini ternyata membawa dampak serius bagi perkembangan oplah  The Strand.  Majalah itu sepi pembaca karena Sir Arthur sudah menamatkan kisah petualangan detektif yang amat digandrungi pembaca.

Atas desakan para pembaca dan pihak majalah, Sir Artur akhirnya berkenan melanjutkan kisah Sherlock Holmes dengan menghidupkannya kembali. Kisah yang tertuang dalam serial  The Hound  of  the  Baskervilles  merupakan  comeback-nya sang detektif. Hal ini membuat maniak Sherlock Holmes seperti saya rela mengantre berlama-lama di depan kantor  The Strand  untuk bisa mendapatkan serial lanjutannya.

Lantas Seberapa Jauh Buku Sherlock Holmes Mempengarui Saya?

Sebagai bocah kecil yang awam, yang secara tidak sengaja menemukan buku bagus, membaca karya orang asing yang ternyata adalah seorang penulis besar dunia, saat itu saya tidak memikirkan dampak atau pengaruhnya terhadap hidup saya kelak. Yang terlintas dalam benak saya hanya ingin membaca dan ingin tahu kisahnya. 

Barulah ketika saya mulai tertarik pada dunia literasi, sekitar usia SMU, saya menyadari, memang sudah menjadi takdir saya bertemu karya Sir Arthur Conan Doyle ini. Sebab dari karya beliau saya banyak belajar bagaimana membuat tulisan yang menarik dengan  twist ending  yang mengejutkan.

Barangkali Anda juga memiliki pengalaman unik seperti saya. Bagaimana sebuah buku bisa berpengaruh besar dalam perjalanan hidup kita. Sebuah buku mampu menjadi guru, kiblat yang menggiring kita pada suatu langkah yang sungguh awalnya kita tidak benar-benar tahu.

Yang menjadi catatan akhir adalah, buku apapun yang kita baca dan kita minati, hendaknya mampu memberi energi positif bagi kehidupan kita.

Selamat siang. Selamat berburu buku kesukaan. Mari budayakan gemar membaca.

***

Malang, 17 April 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun