Tiga orang pria berwajah dan berpenampilan sangat mirip, mengenakan pakaian yang sama, yakni baju kerja model katelpak, datang menemui Nyonya Eleanor. Mereka sama-sama mengaku bernama Garendra.Â
Ah, itu biasa. Tidak menjadi soal. Sebab di dunia ini tidak menutup kemungkinan ada banyak manusia yang memiliki wajah dan nama yang sama. Yang tidak biasa itu adalah saat ketiga-tiganya mengklaim diri sebagai suami dari Nyonya yang memiliki perkebunan anggur sangat luas itu.
Persoalannya terletak pada diri Nyonya Eleanor sendiri. Perempuan berusia empatpuluh tahun itu mengidap penyakit pelupa. Jadi ia tidak bisa mengenali dengan segera yang mana dari ketiga pria itu yang benar-benar suaminya.
Saat ini ketiga pria yang mengaku bernama Garendra itu sedang duduk melingkari meja makan. Nyonya Eleanor baru saja memasak hidangan untuk makan malam. Ia menyuguhkan semangkuk sup asparagus, senampan ikan salmon bumbu saus dan beberapa  cup puding sari buah. Sebotol anggur hijau tak lupa disiapkan bersanding dengan tiga gelas bening berleher ramping.
"Kalau benar di antara kalian adalah suamiku, kalian pasti tahu makanan apa yang biasa kalian santap terlebih dulu, " Nyonya Eleanor menarik sebuah kursi untuk bergabung duduk bersama mereka.
Sesaat ketiga pria bernama Garendra itu saling berpandangan. Lalu secara serentak tangan mereka mengambil sendok dan garpu yang tergeletak di samping kanan kiri piring.
Nyonya Eleanor memperhatikan dengan seksama.Â
Sekarang waktunya mengambil nasi yang sudah disiapkan di dalam wadah besar. Kembali secara bersamaan ketiga pria Garendra itu mengulurkan tangan, memasukkan sedikit nasi di atas piring. Dan tentu saja Nyonya Eleanor masih cermat mengamati, belum beralih pandang. Perempuan itu keras berfikir, berusaha mengingat-ingat kebiasaan dan perilaku suaminya saat menikmati makan malam. Ia berharap bisa segera menyelesaikan masalahnya. Menemukan pria mana yang benar-benar suaminya.
Usai menyiram nasi dengan kuah sup asparagus, mencongkel daging ikan salmon dengan garpu, ketiga pria Garendra mengunyah makanan tanpa suara. Suasana berubah hening. Tak satu pun dari mereka yang berada di ruangan itu membuka percakapan.Â
Nyonya Eleanor terpaku bingung. Apa yang tengah diperhatikannya--sikap dan perilaku ketiga pria yang berada di hadapannya itu, nyaris semuanya merujuk pada ciri khas dan kebiasaan Tuan Garendra, suaminya, yang bekerja sebagai tukang cat keliling.
Makan malam usai sudah. Ketiga Garendra beranjak dari kursi masing-masing, nyaris bersamaan. Lalu tanpa komando gegas meraih piring kotor di atas meja dan meletakkannya ke dalam bak cuci piring. Ketiganya berdiri berjajar membelakangi Nyonya Eleanor untuk membasuh tangan.Â