Bathara Guru pun membuka penglihatannya. Tapi alangkah kecewa saat mengetahui bahwa aroma wangi penuh cinta itu bukan berasal dari istri yang dirindukannya. Â Melainkan berasal dari anak panah keponakannya sendiri.Â
Merasa tertipu, Bathara Guru pun murka. Dibakarnya Bathara Kamajaya saat itu juga menggunakan mata ketiganya yang menyala-nyala memancarkan api. Bathara Kamajaya hangus seketika.Â
Dewi Kamaratih yang sejak semula menguntit kepergian suaminya, tanpa ragu ikut pula masuk ke dalam kobaran api. Istri setia itu melebur bersama jasad suaminya.
Para dewa berlarian. Mohon ampun dan berusaha meredam kemarahan Bathara Guru. Bathara Ismaya mencoba mejelaskan duduk perkaranya.
"Anakku hanya menjalankan tugas dariku. Sebab Suralaya dalam bahaya."
Mengetahui perihal yang sebenarnya, Bathara Guru berujar, "Baiklah, aku memaafkan Kamajaya. Tapi aku tidak bisa menghidupkannya kembali. Aku hanya bisa menitiskan keduanya---Kamajaya dan Kamaratih, Â di hati suami istri yang saling mencintai. Cinta mereka akan tumbuh abadi di sana. Dengan catatan, selama pasangan suami istri itu bisa menempatkan bakti dan tanggungjawab mereka masing-masing."
Sejak itulah legenda cinta sejati ini dihidupkan kembali pada prosesi pernikahan adat Jawa. Diambil sisi positifnya. Diselipkan pada doa-doa dan petuah para tetua. "Semoga menjadi pasangan yang rukun dan saling menjaga setia, ya. Â Seperti Kamajaya dan Kamaratih."
***
Malang, 02 April 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H