Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Durna, Asmara dalam Tidur

7 Maret 2018   22:48 Diperbarui: 7 Maret 2018   22:57 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dahyang Durna / wayangku.wordpress.com

Adalah Resi Durna, yang semasa muda dikenal dengan nama Bambang Kumbayana. Ia putra seorang Begawan bernama Resi Baratmadya dari Padepokan Hargajemparing.

Meski memiliki kepandaian luar biasa---terutama di bidang strategi peperangan, perwatakan Durna digambarkan sebagai sosok yang licik, bengis, kejam dan banyak bicara. Karena watak tidak terpujinya itu sang Ayah sering kali menegurnya. Salah satunya dengan cara meminta agar putranya itu segera melepas masa lajang. Sang Ayah berharap, barangkali dengan menikah, putranya itu akan berubah menjadi ksatria yang lebih baik dan santun.

Namun jawaban Bambang Kumbayana selalu menjengkelkan, "aku tidak akan menikah Ayah. Kecuali dengan seorang bidadari."

Mendengar jawaban pongah tersebut, Resi Baratmadya hilang kesabaran. Maka diusirnya putra penengahnya itu dari padepokan. Ia tidak ingin memiliki keturunan yang sombong dan tinggi hati.

Bambang Kumbayana meninggalkan padepokan Hargajemparing dengan langkah ringan. Sama sekali tak tampak rasa kecewa atau penyesalan. Bahkan ia berpikir angkat kaki dari rumah membuatnya merasa bebas merdeka. Tidak lagi terbebani oleh aturan-aturan yang selama ini dianggap mengekangnya. 

Selain itu kepergiannya bukan tanpa tujuan. Ia berkeinginan menemui saudara seperguruannya, Arya Sucitra yang tinggal di tanah Jawa.

Singkat cerita, Bambang Kumbayana telah sampai di pesisir pantai perbatasan. Di sana ia berdiri tertegun. Tidak sebuah perahu pun melintas di hadapannya. Sejenak hatinya mulai bimbang.

Dalam keadaan bingung karena sibuk memikirkan bagaimana cara menyeberangi lautan, tanpa sadar ia berujar, "siapapun yang bisa menyeberangkan aku sampai ke ujung, jika dia laki-laki akan kuangkat sebagai saudara. Dan jika dia perempuan akan kujadikan istri."

Seekor kuda sembrani yang berdiri tidak jauh darinya mendengar ujaran itu. Serta merta sang kuda menawarkan diri untuk mengantar Bambang Kumbayana melintasi lautan. Bak mendapat durian runtuh, Bambang Kumbayana pun dengan suka cita menerima tawaran itu.

Kuda sembrani sendiri sejatinya adalah seorang bidadari Kahyangan bernama Dewi Wilutama yang tengah menjalani hukuman. Ia dikutuk karena melakukan kesalahan. Dan kutukan itu akan berakhir jika ia bertemu seorang laki-laki yang sudi menikahinya. Untuk itu Dewi Wilutama harus menunggu selama bertahun-tahun. Saat melihat Bambang Kumbayana ia merasa sangat gembira. Ia berpikir pemuda itulah yang akan segera membebaskannya.

Perjalanan lintas samudera yang ditempuh memakan waktu lama dan melelahkan. Itulah sebab Bambang Kumbayana tertidur lelap di atas punggung kuda sembrani. Dalam tidurnya yang lelap itu pemuda itu ia bermimpi bertemu dengan seorang gadis rupawan. Bambang Kumbayana lantas jatuh cinta kepadanya. Dan ternyata sang gadis pun demikian. Gayung bersambut. Cinta saling berbalas. Meski cinta itu terjadi hanya dalam mimpi.

Akibat terlalu bernafsu terhadap gadis rupawan itu, Bambang kumbayana sampai mengeluarkan air suci dari lubuk kelaki-lakiannya. Dan air suci itu meluber hingga jatuh ke permukaan air laut. 

Sementara kuda sembrani yang terbang dengan kecepatan rendah diam-diam mengamati. Hati kuda betina itu sangat gembira melihat Bambang Kumbayana mengeluarkan air suci sebagai tanda cinta. Tentu saja ia tidak menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Dengan ketangkasan yang dimilikinya, dikejarnya air suci itu untuk kemudian ditelannya.

Perjalanan mengarungi samudera luas akhirnya tuntas. Kuda sembrani perlahan membangunkan Bambang Kumbayana dari tidur dan mimpi indahnya.

"Kisanak, bangunlah. Kita telah sampai di tanah seberang. Itu berarti tugasku telah usai," suara merdu kuda sembrani membuat Bambang Kumbayana membuka mata. Ia terpana ketika melihat tubuh kuda yang telah mengantarnya berubah wujud menjadi seorang perempuan nan jelita.

"Siapakah dirimu duhai Adinda?" Bambang Kumbayana bertanya gugup.

"Aku Dewi Wilutama. Aku seorang bidadari Kahyangan. Dan aku telah mengandung putramu."

Mendengar penuturan terakhir perempuan cantik itu Bambang Kumbayana terkejut tiada terkira. 

"Apa yang sudah kulakukan padamu? Bagaimana mungkin aku...."

"Panjang ceritanya, Kisanak. Tapi semua sudah berakhir. Aku berterima kasih padamu karena berkat air suci yang kaukeluarkan aku terbebas dari kutukan dewata," Dewi Wilutama tersenyum. Setelah mengangguk hormat ia segera membelah perutnya dan mengeluarkan bayi yang dikandungnya.

"Ini anakmu. Beri ia nama Aswatama," Dewi Wilutama menyerahkan bayi laki-laki ke arah Bambang Kumbayana. Lalu bidadari yang sudah terbebas dari kutukan itu bergegas terbang kembali ke Kahyangan.

Tinggallah Bambang Kumbayana termangu seorang diri menatap bayi mungil yang tertidur pulas di dalam pelukannya. Hatinya tak henti dirundung lamunan.

"Ah, andai saja bidadari Dewi Wilutama benar-benar menjadi istriku...."

***

Malang, 07 Maret 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun