"Sudah kubilang aku tidak mau menjualnya."
"Aku bersedia menukar sapimu dengan apa saja. Uang, perhiasan. atau benda berharga lain yang kau inginkan."
"Bagaimana jika aku menginginkan kehormatanmu?" sang gembala memasang jebakan.
Mendengar kata-kata gembala tersebut Dewi Uma terkejut. Meski ia sangat membutuhkan sapi putih itu, jika harus membayarnya dengan kehormatan, tentu saja ia menolak.
"Tidak Kisanak. Jangan meminta yang satu itu. Aku ini sudah bersuami."
"Kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksa. Tapi ingat. Suamimu di rumah sedang sakit keras. Bisa jadi ia tengah meregang nyawa."
Diingatkan akan kondisi suaminya, luluh lantaklah hati sang dewi. Akhirnya tidak ada jalan lain kecuali ia bersedia menyerahkan kehormatannya kepada sang gembala yang sebenarnya adalah suaminya sendiri.
Usai menggauli istrinya, Dewa Siwa berubah wujud. Bukannya senang sang istri berhasil mendapatkan sapi putih, ia malah berseru geram.
"Dasar istri tidak setia! Mau-maunya dirayu oleh seorang gembala sapi!"
"Loh Kakanda...bukankah si gembala sapi itu Kakanda sendiri?"
"Iya. Tapi itu namanya selingkuh! Tidak bisa kumaafkan!"