Wuuuuuushh....
Maruta mengembuskan angin kencang. Angin semirip badai laut itu menerpa kain yang melilit tubuh Dewi Menaka, membuatnya berkibar-kibar seperti bendera.
"Astaga! Apa yang terjadi?!" Dewi Menaka berseru tertahan, pura-pura terkejut seraya berusaha merapikan busananya dengan kedua tangan.
Mendengar seruan merdu mampir di telinganya, Resi Wismamitra tergoda membuka matanya sedikit. Terlihat betis indah dari balik kain yang tersingkap. Jantung pertapa itu berdesir. Buru-buru ia menutup matanya kembali.
Maruta tersenyum. Siasatnya berhasil. Kekhusukan Resi Wismamitra sudah mulai goyah. Dewa Angin itu kemudian mengambil ancang-ancang, mengerahkan seluruh tenaganya.
Wussshhhhhhhhhh....
Maruta berembus kuat. Angin serupa puting beliung bergelung membuat kain Dewi Menaka tidak lagi tersingkap, melainkan terlucuti. Dan yang lebih mengagetkan, tubuh mungil bidadari itu terhempas jatuh tepat di atas pangkuan sang Resi.
Merasa ditimpa oleh sesuatu yang lembut dan hangat, Resi Wismamitra tidak tahan untuk tidak membuka mata. Dan alangkah terkejut ia ketika melihat sosok cantik terkulai artistik di hadapannya.
Dewi Menaka tersipu malu. Kali ini bukan berpura-pura. Ia benar-benar tersipu malu. Ia tidak menyangka Resi Wismamitra akan membuka lebar-lebar matanya.
Secara naluri bidadari itu segera menutupi bagian-bagian penting tubuhnya menggunakan kedua tangan dan helai rambutnya yang panjang tergerai.
Saat itulah Manamatha, sang Dewa Cinta beraksi. Ia buru-buru melepas panah asmara di tangannya tepat pada ulu hati sang Resi Wismamitra.