"Pisang sudah kukupas. Tempe mendoan juga sudah kuiris tipis-tipis. Tinggal merendam ke dalam bumbu racikan dan memberinya tepung," Â suara Pak Darim lamat-lamat kudengar dari arah dapur kantin. Aku tak seberapa menghiraukan.
"Ayolah, jangan keterusan berkhayal menjadi Milea," Pak Darim muncul seraya menepuk pundakku perlahan. "Lagi pula kalau kau menjadi Milea, siapa Dilanmu?"
"Mbok Jum! Pesan pisang goreng dua, tempe mendoan satu. Buruan! Aku belum sarapan," seruan bocah laki-laki berseragam putih abu-abu membuatku berdiri.
Bergegas aku menuju dapur. Menyalakan kompor seraya melirik ke arah Pak Darim yang  mesam-mesem di sebelahku.
Ya, namaku Jumiatun. Bukan Milea. Dan tidak akan pernah menjadi Milea. Aku perempuan tua, istri Pak Darim yang sudah bertahun-tahun dipercaya mengelola kantin.
***
Malang, 07 Februari 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H