Sudah lama saya ingin menulis kisah ini. Kisah yang benar-benar saya alami.
Kejadiannya sekitar 17 tahun silam, sudah lama sekali. Tapi saya benar-benar tidak bisa melupakannya.
Saat itu saya sedang mengandung anak bungsu saya. Memasuki bulan kedelapan.
Saya masih ingat, hari masih gelap, Subuh baru beberapa menit berlalu. Saya mendengar seseorang mengetuk pintu rumah. Kebetulan hanya saya yang sudah terjaga. Suami dan anak-anak masih tidur.
Dengan agak sempoyongan akibat perut yang membola cukup besar, saya menuju pintu dan melihat siapa yang bertandang sepagi buta itu.
Seorang pria, bertubuh kecil mengangguk ke arah saya begitu pintu terbuka. Terlihat sekali pria tersebut sangat terburu-buru. Saya pun segera menanyakan apa keperluannya. Pria itu bilang, ia meminta bantuan saya untuk merias putrinya yang akan melangsungkan pernikahan. Pagi itu juga.
Sebelum pergi pria itu memberi tahu di mana alamat rumahnya. Ternyata ia masih bertetangga dengan saya. Hanya berbeda wilayah RT. Bisa dimaklumi, karena orang baru, saya belum mengenal begitu banyak tetangga yang rumahnya agak berjauhan.
Singkat cerita saya segera berkemas dan berangkat menuju rumah pria bertubuh kecil itu untuk menunaikan pekerjaan saya.
Seperti biasa saya merias di dalam kamar pengantin putri. Saya bekerja dengan serius sembari mengelus perut yang sesekali bergerak-gerak. Sementara di luar kebiasaan, pria bertubuh kecil itu ikut berada di dalam kamar---menunggui saya. Sedang istrinya, entah ke mana, ia sama sekali tidak menampakkan diri.
Meski dalam hati merasa aneh, saya hanya diam, bungkam tidak bertanya apa-apa. Â
Beberapa jam kemudian pekerjaan merias rampung. Saya lanjut mempertemukan kedua mempelai. Usai mendudukkan pasangan pengantin di kursi pelaminan, saya pun mohon diri untuk pulang.