"Kami sudah bicara, Ra. Dan kukira ia bisa memahami, bahwa aku memang telah jatuh cinta padamu."
"Cinta saja tidak cukup, Bram."
"Jangan membuatku menjadi pria paling bodoh di dunia ini, Ra."
"Kau akan terlihat semakin bodoh jika menuruti napsumu."
"Kau sendiri tidak bernapsu terhadapku, Ra?"
Perempuan yang dipanggil Ra itu tertawa lagi, serak---seperti suara burung gagak yang entah dari mana datangnya, yang tiba-tiba saja melintas di atas kepala mereka.
Kapal sudah semakin mendekati anjungan. Beberapa penumpang bersiap-siap untuk turun.
"Kau tidak ikut turun, kan Bram?" perempuan mungil itu menoleh. Sang pria terdiam. Wajahnya yang tirus sedikit tegang.
"Ra, sekali lagi, aku tak ingin kehilanganmu."
"Bram, mengertilah. Kau tidak bisa meninggalkan istrimu begitu saja tanpa alasan yang mendasar. Meski kau berulang kali bilang---kau sama sekali tidak mencintainya."
"Aku memang hanya mencintaimu, Ra."