Tak ada respon apa pun.Â
Ibu masih saja membisu, diam.
"Ibu Anda mengalami koma, Nyonya. Jadi percuma mengajaknya bicara panjang lebar," seorang suster bicara padaku, mengingatkanku. Wajahku mendadak terasa panas. Aku tidak suka mendengar kata-kata suster barusan.
"Tahu apa kau tentang Ibuku, Suster?" aku menautkan kedua alis mataku. Suster terdiam. Ia mundur beberapa langkah.
Kembali kugenggam tangan Ibu. Kuelus punggungnya perlahan. Kucium sepenuh hati. Oh, tangan itu, tak lagi terkulai. Tak pula terasa hangat. Ia telah dingin dan beku.
Aku tertunduk.Â
Ibu. Kiranya kau lebih suka menyusul Ayah ke alam sana bersama cinta sejatimu ketimbang mendengar dongeng dariku, seorang anak yang tak tahu diri--- yang datang terlambat menemuimu.
***
Malang, 19 Desember 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H