"Duhai tempias hujan. Basuh jelaga dosa yang kian bebal menebal."Â
Doa khusuk berlompatan dari pori-pori sekujur tubuh. Menari-nari di udara---menembus barisan awan---mengggapai pintu langit.
Di sini. Di taman orang-orang kalah, naluri masih bungkam.
"Kita menunggu dimenangkan," bisikmu.
 Oleh siapa?
***
Malang, 11 Desember 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!