Bangku taman tak lagi berasa awan.
"Maafkan aku..."
Itu suaraku. Tercekat tanpa bentuk.Â
Ya, itu suaraku.Â
Yang merupa angin dan mendaratkan satu kecupan di keningmu barusan---itu suaraku!
//
Gerimis menyapu udara.Â
Merampas senja kala.Â
Menghempas jiwa-jiwa kosong yang masih saja bersinggungan.Â
"Mari berpeluk," bayang kita serupa hologram saling menyapa, bertukar senyum.Â
Rumput kering di ujung kaki tersedan. Menuntaskan air mata yang acap kali salah musim.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!