"Bune, kiranya Nak Alfi belum mendengar kabar itu," Ayah Riana berkata seraya menatap wanita sepuh yang kini duduk di sebelahnya.
"Kalau boleh tahu, kabar apa  nggih, Pak, Bu?" aku menyela. Mendadak hatiku merasa tidak enak.
"Nak Alfi, Riana---ia sudah meninggal. Kemarin malam baru saja peringatan seratus harinya." Ibunya Riana bertutur sedih.
Deg. Jantungku seolah berhenti. Mataku mendadak tertuju pada foto Riana yang terpampang di dinding ruang tamu. Dalam foto itu Ri, gadis impianku itu tersenyum sembari meniup bunga-bunga tebu di tangannya.
Seraya menyatukan buku-buku jari di atas pangkuan, aku beringsut.Â
Kalau benar Riana sudah mati, lantas siapa gadis yang bertemu dan berbincang denganku di dekat portal desa tadi?
***
Malang, 10 Desember 2017
Lilik Fatimah Azzahra Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H