Untuk mencapai rumahnya Diana harus melewati jalan setapak berdekatan dengan kediaman Nyonya Missetzis. Nyonya tua yang memang bertetangga dengannya---yang sejak muda menghabiskan waktunya menjadi seorang penjahit.
Saat melintas di depan rumah yang sebagian dindingnya terbuat dari kayu pohon Ek itu, langkah Diana terhenti. Dari balik jendela besar yang terbuka, ia bisa melihat dengan jelas gaun  tafetta putih gading yang mewah itu. Gaun itu berekor panjang--- berjuntai hingga beberapa meter. Pada leher dan ujung lengannya telah dipasang renda-renda bersulam berlian. Berkikauan. Indah sekali.
Ia baru saja hendak melanjutkan langkah ketika Nyonya Missetzis melambaikan tangan ke arahnya, memintanya untuk mendekat.
"Entah mengapa tiba-tiba aku berpikir, gaun ini sepertinya lebih cocok melekat pada tubuhmu, Nak," Nyonya Missetzis menyentuh pinggangnya yang ramping. Tapi beberapa detik kemudian Nyonya tua itu meralat kata-katanya, "Oh, tidak sayangku...maafkan aku. Abaikan kata-kataku barusan. Itu tadi hanya khayalan seorang perempuan tua yang mulai pikun---yang berpikir tentang hal-hal aneh dan tidak masuk akal. Oh, Tuhan, bagaimana mungkin aku membayangkanmu, seorang guru TK menikah dengan Pangeran kerajaan?" Nyonya Missetzis menepuk jidatnya sendiri berkali-kali.Â
Diana tersenyum. Tangan kanannya terulur, memeluk punggung Nyonya Missetzis yang melengkung. Sementara tangan kirinya merogoh saku jaket, meraih ponsel kecil dan menekan angka-angka menggunakan ujung ibu jarinya.Â
Ketika nomornya tersambung dengan telpon kerajaan, matanya yang bagus berbinar.
"Charles, kukira sore ini kau harus meluangkan waktu sejenak untuk mengantarku  fitting. Aku baru saja melihatnya. Oh, honey...gaun pernikahan itu! Nyonya Missetzis---ia telah mengerjakannya dengan amat sangat sempurna."
***
Malang, 30 Nopember 2017
Lilik Fatimah Azzahra
*Terinspirasi dari gaun pernikahan Lady Di dan Pangeran Charles