Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kecil-kecil Menjadi Guru? Siapa Takut!

26 November 2017   05:47 Diperbarui: 26 November 2017   10:29 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumen pribadi, Kharisma Surya Putri with Mom

Sebelumnya saya mengucapkan Selamat Hari Guru bagi seluruh pendidik keilmuan di Indonesia. Semoga tetap sehat, tetap bersemangat berbagi ilmu dan pengetahuan demi kemajuan anak-anak bangsa.

Guru. Profesi  yang  sungguh  luar biasa mulia. Profesi  yang  tak  lekang  dimakan  waktu. Profesi  yang  tak  pandang  usia dan bulu. Siapa  pun  bisa  menjadi  guru---guru  bagi dirinya  sendiri  dan  guru  bagi  orang  lain.

Guru Tidak Harus Mengajar di Sekolah

Membicarakan sosok guru tidak akan ada habisnya. Masih ingat lagu lawas yang dinyanyikan oleh Iwan Fals? Guru Oemar Bakri. Lagu itu pernah hits dan menjadi lagu favorit pada eranya. Lagu yang menceritakan sosok guru sederhana, yang mengabdikan diri sepenuhnya dengan ikhlas demi kemajuan anak-anak negeri sungguh sangat mewakili perasaan para pengabdi dunia pendidikan di kala itu.

Di zaman old, profesi guru merupakan profesi langka dan amat disegani. Itu semua tidak terlepas dari upaya pencapaian menjadi guru butuh perjuangan keras. Saya sendiri pernah mengalaminya. Saya bercita-cita menjadi guru SD. Tapi cita-cita saya kandas karena terbentur masalah biaya. Di zaman saya informasi mengenai beasiswa masih sangat sulit didapatkan. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah terbatasnya akses tehnologi sebagai sarana informasi. 

Meski gagal meraih cita-cita menjadi guru bukan berarti menyurutkan semangat saya. Saya tetap yakin, tanpa mengajar di sekolahpun saya masih bisa berbagi ilmu. Dan alhamdulillah, Allah mengabulkan keinginan saya. Dengan berbekal sedikit ilmu yang saya dapatkan dari bangku SMU, saya membuka les bimbingan belajar di rumah. Alhasil sudah lebih dari 15 tahun saya berkutat menjadi guru. Guru yang nota  bene  tidak pernah mengajar di sekolah.

Si Kecil Memilih Cita-cita Menjadi Guru

Berangkat dari kebiasaannya melihat saya mengajar bimbel di rumah, si bungsu yang kala itu masih duduk di bangku kelas 6 SD menyampaikan keinginannya bahwa kelak ia ingin menjadi guru. Keinginannya itu ia tunjukkan dengan giat belajar, suka  ngriwuki  saya saat mengajar. Pernah suatu hari ia membisiki saya, "Ma, aku pinjam murid-murid Mama, ya. Untuk latihan mengajar."

Tentu saja dengan senang hati saya mengizinkan. Apalagi ia memiliki bakat dan kecerdasan luar biasa. IQ-nya lumayan tinggi. Itu terbukti ia masuk kelas akselerasi dua kali. Saat di bangku SMP dan SMU, masing-masing jenjang hanya dijalaninya selama 2 tahun. Dan ia selalu meraih predikat lulusan terbaik di sekolahnya, sekolah paling favorit di Kota Malang.

Ada yang menarik saat ia lulus SMU. Saya diminta menemui Ibu guru wali kelasnya. Beliau mengapresiasi prestasi bungsu saya. Beliau bertanya, "Setelah ini Kharisma akan melanjutkan kemana, Bu?"

Saya menjawab bahwa anak saya ingin melanjutkan kuliah di Univeritas Brawijaya Malang. Ia memilih jurusan Matematika yang bagi sebagian siswa dianggap momok tapi bagi bungsu saya justru menjadi pelajaran favoritnya. Mendengar jawaban saya Ibu wali kelas mengangguk seraya tersenyum. "Saya yakin Kharisma Surya putri akan mampu meraih cita-cita mulianya. Insya Allah dengan kecerdasan yang dimiliki kelak dia bisa menjadi seorang Guru Besar."

"Amin...alhamdulillah, terima kasih atas doa terbaiknya, Ibu," saya menyahut terharu.

Foto dokumen pribadi, Kharisma Surya Putri with Mom
Foto dokumen pribadi, Kharisma Surya Putri with Mom
Sejak Semester Pertama Si Kecil Sudah Belajar Berbagi Ilmu

Keinginan dan kegigihannya dalam meraih cita-cita benar-benar mengantarkan si bungsu sampai pada  pintu gerbang Universitas Brawijaya Malang. Alhamdulilah semua berjalan lancar. Ia berhasil lolos SNMPTN tahun 2016 jurusan Mipa dan mendapat beasiswa yang insya Allah hingga S1. Saat ini ia sedang menjalani semester 4. 

Di usianya yang relatif sangat muda, 4 Desember 2017 nanti baru genap 18 tahun, ia sudah belajar mengamalkan ilmunya. Ia mengajar bimbel di rumah meneruskan profesi yang selama ini saya tekuni. Itu dilakukan sejak semester pertama menjadi mahasiswa. Ia memegang jenjang kelas SMP. Sedang saya---karena faktor umur dan keterbatasan ilmu yang saya miliki, saya rela turun tahta hanya mengajar siswa kelas SD dan usia TK. Saya tidak malu mengakui, secara akademik bungsu saya lebih pintar dari emaknya. Jadi sudah sepantasnya ia mengajar setara dengan keilmuan yang diserapnya.

Seperti halnya saya, tujuan utama si bungsu mengajar bimbel bukanlah semata-mata mencari materi. Melainkan lebih ke arah berbagi ilmu. Apalagi di zaman now ini, harga ilmu menjadi begitu mahal. Tahukan beaya les di luar sana? Bertarif jutaan, perpaket. Apalagi  jelang Ujian Nasional. Bagaimana dengan siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu? Bukankah mereka juga membutuhkan bimbingan belajar untuk menghadapi ujian? 

Berawal dari pemikiran inilah saya tetap bertahan dan eksis menjadi guru bimbel rumahan dengan tarif tidak memberatkan. Dan saya bersyukur bahwasanya si bungsu ternyata mengikuti jejak saya.

Di balik kesibukannya sebagai seorang mahasiswi cilik yang harus berangkat pagi dan pulang petang, belum lagi tugas kuliah yang bejibun (ia juga terpilih menjadi asdos, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, dll), tentu saja si bungsu harus pandai-pandai mengatur waktu. Ia me-manage kegiatannya sedemikian rupa---bernegoisasi dengan murid-muridnya, kapan waktu terbaik bagi mereka untuk bisa bertemu dan belajar bersama. Ia juga masih sempat menyalurkan hobi menggambarnya, ala manga, yang sejak kecil sangat diminatinya. Ia bahkan sering diminta oleh teman-teman dumay-nya untuk memberikan tutorial menggambar.

Ini sebagian karya gambar bungsu saya....

Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Dokumen Pribadi, karya Kharisma Surya Putri
Melihat sepak terjang si bungsu yang menghabiskan masa mudanya untuk kegiatan positif, sebagai ibu tentu saya merasa bersyukur, bangga dan tiada henti mendoakan. Juga memberi ia semangat dan ruang untuk terus belajar dan belajar.

Terus mengayun langkah ya, Nduk. Jangan pernah surut. Di depan sana jalan masih panjang---merentang menunggu pengabdianmu.

***

Malang, 26 Nopember 2017

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun