Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hangatnya Menjalin Persahabatan dengan Dokter Keluarga

24 November 2017   05:24 Diperbarui: 24 November 2017   18:57 2564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekolah tidak harus berlama-lama. Cukup seminggu tiga kali. Yang penting anakmu menyerap ilmunya dengan baik. Kualitas lebih utama."

Saya tercenung mendengar kata-katanya.

"Bungsu saya anak yang cerdas Dokter. Meski jarang masuk sekolah, dia tetap ranking satu."

"Kecerdasan seorang anak menurun dari ibunya. Kalau ibunya pintar, anaknya pasti pintar. Ini berdasarkan penelitian." Panjang lebar dokter mengemukakan pendapatnya. Saya diam mendengarkan.

Dan beliau selalu kelihatan senang setiap kali saya bercerita tentang perkembangan si bungsu.

"Dia sekarang sudah menjadi gadis yang sehat dan jenius dokter. Dua kali masuk akselerasi. Benar kata dokter, dia sekolahnya cuma sebentar. Kini dia sudah kuliah semester empat sementara teman-teman sepantarannya belum lulus SMU."

Mendengar kata-kata saya dokter Kohar tersenyum riang.

Tak segan berbagi ilmu
Jika lama tidak berkunjung, dokter Kohar biasanya akan menelpon saya. Menanyakan kesehatan saya, kabar anak-anak saya dan tak jarang beliau minta saya datang ke tempat praktiknya---bukan sebagai pasien, melainkan sebagai seorang sahabat.

"Kamu datanglah ke sini. Kamu harus membaca buku ini," ujarnya melalui telepon.

Saya tidak kuasa menolak undangan beliau. Di sela-sela waktu luang, saya menyempatkan diri mendatangi tempat praktiknya yang baru. Sebuah apotek ternama di Kota Malang. Meski kedudukan saya sebagai sahabat, saya tetap berperilaku seperti pasien kebanyakan. Saya duduk di ruang tunggu, mengantre giliran dipanggil ke dalam ruangan. Biasanya saya mengalah, memilih menghadap dokter paling akhir. Tahu kenapa? Karena dokter Kohar pasti akan mengajak saya berbincang-bincang lebih dari dua jam...

Pernah seorang asisten---masih baru, yang belum mengenal saya, memperlakukan saya agak kasar karena kartu berobat saya ketinggalan di rumah. Tapi saya hapal nomor buku kunjungan saya. Meski begitu asisten itu membentak-bentak saya. Dan dokter Kohar mendengarnya. Ketika kami masuk ke dalam ruangan, dokter langsung balik memarahi asistennya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun