Ponselku bergetar lagi.
"Papa masih di bandara. Mama jemput Marcell pakai taksi saja ya!" aku menjawab telpon dari istriku. Kembali sudut mataku melirik ke arah Ayah. Ia masih bergeming, tak beranjak sejengkal pun dari tempatnya berdiri.
"Ayah, aku sudah banyak kehilangan waktu!" suaraku meninggi. Aku tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak mengeluh.Â
Sejenak ada yang berubah. Sorot mata Ayah. Meredup sedih.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja pikiranku terlempar--- jauh ke masa depan.
 "Papa menunggumu sejak subuh tadi, Marcell..." itu suaraku.
"Aduh, aku sibuk! Sopir saja yang menjemput Papa, ya. Â Sekalian Papa diantar ke Rumah Lansia. Tidak! Aku dan istriku tidak sempat merawat Papa," itu suara Marcell, bergaung, bertumpuk-tumpuk menumpangi suaraku.
***
Malang, 28 September 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H