Seorang sipir mendekat, mengacungkan pentungan.
"Waktunya makaaaannn!" teriakan panjang terdengar  memekakkan telinga. Daniel buru-buru melipat kertas lusuh di tangannya dan memasukkan kembali ke dalam sabuk gesper seperti semula.
Sambil mengantre makanan, Daniel berdiri termangu. Matanya menerawang jauh. Langit di pulau pengasingan tampak mendung. Dalam hati ia bergumam. Tak ada tukang pos di sini, atau burung merpati yang siap menjadi kurir. Lalu bagaimana Kastamoen akan menerima dan membaca surat yang ditulisnya?
Daniel meraba kembali pinggang kurusnya. Untuk kesekian kali ia mengeluarkan kertas lintingan itu. Membakar lalu mengisapnya perlahan. Dengan wajah tanpa ekspresi laki-laki renta itu mengembuskan asap yang keluar dari mulutnya---tinggi ke udara.
***
Malang, 23 September 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H