"Oke, biar aku yang  mengemudi mobilnya, ya," Slamet siap membuka pintu.
"Tidak! Jangan! Nanti malah nabrak!" tolakku ketus. Aku tidak yakin cowok macam dia bisa menyetir mobil. Sangat meragukan.Â
Slamet berjalan memutar, membuka pintu mobil bagian tengah dan duduk di samping Mama.
Sebentar kemudian mobil yang kukemudikan melaju di jalan raya menuju pulang.Â
"Intan, jangan ngebut dong!" tegur Mama. Aku terpaksa mengurangi kecepatan. Dari balik spion kulihat Slamet tersenyum-senyum simpul.
Kevin sudah menungguku di teras depan rumah. Aku bergegas turun menemuinya. Saat melihat kami, ia mengangguk hormat dan tersenyum ramah ke arah Mama. Itulah yang menarik pada diri Kevin. Ia sangat sopan dan gentle.
"Sorry, aku harus mengantar Mamaku dulu," ujarku seraya mengajaknya masuk ke ruang tamu. Â
"No problem. Eh, siapa dia?" Kevin menunjuk ke arah Slamet yang berjalan santai masuk ke ruang tengah.
"Oh, dia---sepupuku. Sudah ah, jangan membahas dia. Oh, iya, apa rencana liburan besok?" aku mengalihkan pembicaraan.
"Rencananya mau ke puncak. Intan ikut, ya?" Kevin menatapku, penuh harap.
"Iya, dong. Rame-rame bersama teman-teman kan?"