Terbebas dari wujud lalat bersayap hijau yang bisanya hanya terbang menguing, kini malah berubah menjadi anggur. Duh, apa ini terlihat jauh lebih baik?
"Oh, tidak! Ini tidak boleh terjadi. Aku sangat menyukai anggur. Bisa-bisa aku memakan kalian..." Renata bergumam, lalu membungkukkan badan memungut kami yang menggelinding di dekat kakinya. Tangannya yang lembut meletakkan kami dengan hati-hati di atas bangku.Â
"Cobalah mantra yang lain, Renata! Please, sebelum kau benar-benar ingin menyantap kami," Dirga menggerak-gerakkan tubuhnya yang gembul.
"Baiklah, baiklah. Ini aku---sedang berusaha mengingat-ingat!" Renata tampak mulai gugup. Ia duduk di samping kami.
Seseorang berjalan melintas di depan ruang kelas 8 A. Renata buru-buru berdiri dan mengangguk ke arah orang itu.
"Selamat pagi, Mr. Bogart."
"Pagi, Renata. Kelasmu sedang kosong?"
"Tidak Mister. Kami sedang mendapat tugas mengerjakan soal Matematika. Kebetulan saya sudah selesai. Jadi saya boleh keluar."
"Oh, you are a smart girl, Renata. Congrats!"
Aku menahan napas. Semoga Bogart tidak melongokkan kepalanya mengintip ke ruang kelas 8A.
"Lima belas menit lagi aku akan masuk ke dalam kelasmu, Renata. Sampaikan kepada guru Matematikamu itu, ya...." Bogart tersenyum, melambaikan tangan  kemudian berlalu meninggalkan Renata.