Aku dan Dirga masih meringkuk di atas bangku. Menunggu kelanjutan nasib kami. Renata kembali ke posisi semula. Duduk dengan mata terpejam.
"ISHI!"
Renata mengucap mantra. Lantang. Aku dan Dirga saling berpandangan.
"Miss. Liz, yakin mantra itu benar?" Dirga membisikiku. Aku terdiam. Ragu.
"ISHI!"
Kembali Renata berseru. Ia membuka matanya sedikit. Mengintip kami yang tak juga bergegas menirukan ucapannya.
"Ayolah, cepat tirukan! Sebentar lagi Mr. Bogart masuk ke ruang kelas kita. Juga si Bryan itu," Renata menegur.
"Tunggu. Mantra itu terdengar aneh. Seperti nama sebuah resto masakan Jepang..." Dirga menyela.
"Bukan! Ishi itu Bahasa Yana. Artinya manusia. Aku pernah membaca tentang ini," Renata menjelaskan dengan agak jengkel. Aku terdiam. Kukira kali ini tak ada alasan bagiku meragukan Renata. Aku tahu muridku yang satu ini sangat cerdas. Ia suka membaca dan wawasannya cukup luas.Â
Aku menggamit tubuh Dirga. Penuh semangat. "Ayo kita ucapkan mantra itu bersama-sama, Dirga. Sekarang!"
"ISHI!"