Kelas yang semula tenang berubah menjadi riuh. Bunyi mendesis disertai asap hitam mengepul membuat seisi kelas jejeritan. Beberapa anak bahkan spontan bertiarap di bawah kolong meja.
Dua ekor lalat terbang keluar melewati jendela yang terbuka. Satu lalat terlihat lebih gemuk, sedang satu lainnya mengepakkan sayap berulang-ulang sembari mendenging tiada henti.
"Dirga! Gara-gara kau ambil kotak mantra itu, kita berdua jadi seperti ini!" aku mengomeli Dirga yang terbang di sebelahku.
"Maafkan saya sekali lagi Miss. Liz. Â Please, saya benar-benar tidak sengaja..." Dirga berkali terbang merendah. Sepertinya ia sangat menyesali perbuatannya.
"Baiklah, sekarang katakan padaku, di mana kau simpan kotak kecil itu?" Â aku menatap Dirga dengan mata melotot. Mata khas yang dimiliki oleh setiap species lalat.
Dirga mengepakkan sayap lagi. Menjejeriku. "Miss, saya meninggalkan kotak pensil Anda di...."
"Di mana, Boy?"
"Di toilet."
Aku melesat terbang dengan kecepatan super tinggi. Aku kerahkan segenap tenagaku. Aku harus segera mengamankan kotak itu sebelum ada orang lain yang menemukannya.
Keringat membasahi sekujur tubuhku. Napasku terengah-engah.
Huft, ternyata menjadi seekor lalat melelahkan juga, ya.