Benarlah. Feelingku bekerja dengan baik. Mendadak aku mendengar suara mencurigakan dekat sekali di telingaku. Suara itu mendengung bising semirip dengung lebah.Â
"Miss. Liz! Tolong aku...aku tidak bisa kembali ke asalku!"
Aku memicingkan mata. Berusaha mencari asal suara itu.Â
"Miss. Liz! Anda bisa mendengar saya bukan? Saya Dirga!"
Aku mengucek kedua mataku. Memastikan penglihatanku tidak salah. Oh, sedang bermimpikah aku? Dirga, bocah bertubuh gembul itu telah berubah wujud. Ia menjadi seeokor lalat--- besar dan bersayap hijau.
"Kau pasti menyentuh pensil berkepala naga itu dan membaca mantra-mantranya, Dirga!" aku mencecar muridku itu sembari melototkan mata. Lalat di depan hidungku itu menggoyangkan tubuhnya. Lalu terbang merendah.
"Maafkan saya, Miss. Liz. Saya tidak tahu kalau tulisan itu adalah mantra. Saya juga tidak bepikir bahwa...semua cerita itu benar."
"Cerita? Cerita apa?"
"Cerita tentang diri Anda, Miss. Liz. Â Kemarin sebelum Anda memasuki kelas, Mr. Bogart mengatakan kepada kami, bahwa Anda menguasai sihir. Bukan sulap."
Aku menghela napas panjang. Jadi---lagi-lagi si Bogart itu. Rupanya ia sudah mengetahui siapa diriku.
"Tolong saya, Miss. Liz. Please..." Dirga mengepak-ngepakkan sayapnya berulang-ulang.