"Kenapa Dirga? Apakah ia sakit?"
"Kupikir tidak, Miss. Sebab beberapa menit lalu saya sempat melihat dia berada di kelas ini," Renata menatapku seraya membetulkan letak kaca matanya yang sedikit menurun.
"Lalu ke mana dia?"Â
"Sepertinya dia dalam masalah, Miss. Liz."
"Oh, benarkah?"
Renata mendadak terdiam. Aku beringsut dari dudukku.Â
"Kau mengetahui sesuatu, Renata?" mataku menatap Renata tak berkedip. Entah mengapa tiba-tiba saja hatiku merasa tidak enak. Kulihat Renata mengangguk.
"Maafkan saya, Miss. Liz. Tanpa sengaja saya tadi melihat Dirga berdiri di dekat meja Anda. Saya pikir teman saya itu, mm, telah mengambil barang milik Anda yang tertinggal."
Aku terhenyak.
***
Hari itu aku benar-benar kehilangan fokus mengajar. Pikiranku tertuju pada kotak kecil yang diambil oleh Dirga. Aku mengkhawatirkan sesuatu. Kotak itu tidak hanya berisi pensil berkepala naga. Aku menyimpan juga kertas berisi mantra-mantra pemberian Kakek di sana. Kalau Dirga sampai membaca mantra-mantra itu....Duh, aku tidak bisa membayangkannya.