Namaku Liz. Usia dua puluh dua tahun. Masih lajang. Aku baru saja lulus Perguruan Tinggi dan diterima bekerja di sebuah SMP swasta jauh di pinggiran kota. Aku mengajar mata pelajaran Matematika.
Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Kecuali---ya, kecuali setelah aku menemukan pensil itu. Pensil yang pada salah satu ujungnya terdapat ornamen ukiran berkepala naga.
Aku menemukan benda antik itu secara tidak sengaja. Ketika suatu siang aku membantu Ibu membersihkan gudang di rumah tua peninggalan almarhum Kakek, di situlah aku menemukannya. Pensil itu terselip di antara barang-barang bekas milik Kakek yang bertumpuk di dalam peti.
Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik pada benda yang terlihat sudah buram dan kusam itu. Tapi Ibu memaksaku untuk menyimpannya. Kata Ibu, dulu sebelum Kakek meninggal, beliau sempat berpesan agar aku mewarisi benda runcing itu.
"Kau cucu satu-satunya Kakek. Jadi wajib menuruti permintaannya," Ibu tersenyum menatapku. Demi tidak mengecewakan hati Ibu, aku mengangguk.
Aku mesti pindah ke rumah kos yang tak jauh dari sekolah tempatku mengajar. Meninggalkan Ibu di kota dan harus mampu hidup mandiri. Pada saat pindahan itulah pensil antik itu terbawa olehku. Kukira Ibu memang sengaja memasukkannya ke dalam tas kerjaku.Â
Dan ternyata, benda warisan Kakek itu membuatku mengalami banyak kejadian tak terduga.
Pagi itu adalah hari pertama aku mulai mengajar. Sialnya aku terlambat bangun. Tanpa mandi, hanya mencuci muka ala kadarnya, aku langsung meraih tas kerjaku. Aku mesti mempercepat langkah agar tiba di sekolah tepat waktu.
Jarak tempat kosku dengan SMP di mana aku mengajar hanya beberapa meter. Meski begitu waktu ternyata tidak berpihak padaku. Ia terus saja bergulir dengan cepat. Dan itu benar-benar membuatku terlambat. Pagar sekolah sudah ditutup. Suasana tampak sudah lengang dan sepi.
Sembari menunggu Satpam membukakan gembok pagar, tanpa sadar tanganku meraih pensil yang tersimpan di dalam tas. Pensil itu tersentuh olehku. Dan kejadiannya begitu mengagetkan. Tiba-tiba saja tubuhku lenyap, dan...tuing!Â
Tahu-tahu aku sudah duduk manis di kursi guru, di depan kelas 8 A.