Kisah sebelumnya Novel | Jejak Sang Penari [11]Â
Bag. 12-Suatu Pagi di Tanah Lot
Hari masih pagi. Bapa Made sudah menemui kami di penginapan. Ia izin hari itu tidak bisa menemani kami melanjutkan pencarian. Ia harus menghadiri suatu upacara keagamaan bersama keluarganya. Tapi ia berjanji, esok akan datang dan membantu kami lagi mencari jejak Ibu.
"Kalian bersenang-senanglah dulu," ujarnya sebelum pergi meninggalkan penginapan. Papi sepertinya setuju. Ia tersenyum ke arahku dan berbisik, "Tanah Lot, Zoon. Aku merekomendasikan padamu. Tapi sebelum itu, kita mampir dulu ke toko yang menjual perlengkapan alat lukis. Papi sudah rindu ingin melukis."
Aku mengangguk. Â
***
Aku membantu Papi menyiapkan peralatan lukisnya. Kayu penyangga tempat kanvas kuletakkan tepat di bawah pohon yang rindang dan kutancapkan dengan kokoh agar tidak roboh saat tertiup angin. Sementara Papi sibuk mengeluarkan peralatannya. Wajahnya sumringah penuh senyum.
Setelah yakin semua beres aku pamit turun. Aku tahu Papi membutuhkan suasana tenang untuk menuangkan ekspresinya di atas kanvas. Tanpa terganggu olehku.
Papi mengizinkanku.
Aku melompati bebatuan yang lumayan terjal. Lalu berjalan menyusuri pantai dengan kaki tak beralas. Pasirnya terasa hangat.