Pada awalnya saya nekad membuka salon kecil-kecilan. Berakit-rakit ke hulu menjemput customer. Bersusah payah mengawali langkah. Bukankah hidup memang penuh liku dan tantangan? Sekali lagi, kesabaran dan ketekunan adalah kunci utama.Â
Kini setelah bertahun saya bisa melihat hasilnya. Selain mampu mengentaskan ke 4 anak saya hingga ke perguruan tinggi, usaha saya semakin berkembang. Apalagi ketiga anak saya sudah mandiri. Tinggal di bungsu yang masih duduk di bangku kuliah, itu pun dia sudah bisa mencari beaya sendiri.
Tata rias pengantin pun mulai diambil alih oleh anak sulung saya. Di bawah manajemen dia, properti salon semakin berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas. Meski saya tidak lagi memegang kendali, lantas bukan berarti saya harus pensiun. Dunia tata rias adalah dunia saya, Kebahagiaan saya. Maka saya tetap eksis mendampingi dan bekerja bareng dengan anak kapan pun jasa kami dibutuhkan.
Lantas bagaimana dengan passion saya yang lain. Masih adakah?Â
Iya, selain minat di dunia tata rias, sejak kecil saya juga terobsesi menjadi seorang pengajar. Meski tidak mengajar secara formal di sekolah, tapi saya bisa mengajar di rumah sebagai guru pembimbing les privat.
Untuk dunia mengajar ini, sudah saya geluti lebih dari sepuluh tahun silam. Alhamdulillah, hingga kini semua berjalan lancar. Sesuai dengan cita-cita dan impian saya. Alhamdulillah. Sungguh Allah sangat menyayangi saya.
Ada!
Saya suka sekali menulis, seperti Anda-anda juga. Menulis bagi saya sudah merupakan kebutuhan sehari-hari. Saya senang melakukannya. Tanpa keterpaksaan. Saya menulis ya, menulis saja. Tapi meski begitu saya pernah menerbitkan 3 buku novel dan kumcer khusus untuk anak-anak didik saya secara indie. Semua saya lakukan sekedar ingin menyalurkan bakat dan hobi.Â
Semangat menulis saya semakin terpacu ketika tanpa sengaja bertemu dengan Kompasiana. Suatu blog yang menyediakan wadah bagi warga umum seperti saya untuk rame-rame menulis di sana. Terima kasih Kompasiana.Â