Saya perempuan yang jatuh cinta pada malam. Tak peduli meski malam tak lagi sendiri, saya tetap meminta agar ia bersedia menjadi kekasih saya. Sejak itu malam suka datang mengunjungi saya. Membawakan saya serangkai bunga dan menceritakan tentang banyak kisah.
"Maukah kamu mendengar satu kisah?" suatu hari malam berkata pada saya.
Saya mengangguk gembira. Malampun segera merentangkan tangannya. Menyelimuti saya dengan sepenuh rasa.
"Kisah apa itu?" saya bertanya seraya menyentuh lengannya.Â
"Kisah tentang seorang perempuan penggoda," malam tersenyum ke arah saya.Â
"Mengapa kau sebut ia perempuan peggoda?" tanya saya seraya berbaring di sebelahnya. Malam memejamkan mata.
"Karena ia selalu menggodaku. Di saat orang lain memilih terlelap, perempuan itu malah terjaga. Ia merayuku dengan berbait doa-doa."
Saya terdiam.
"Terkadang ia mengirim surat cinta yang ditulis dengan tinta air mata."
"Untukmu?"
"Iya, untukku."
Saya mendesah.
"Siapa perempuan itu?" saya mulai cemburu.
"Perempuan itu adalah drimu."
Seketika wajah saya memerah.
***
Malam memeluk saya. Hangat dan penuh cinta.
"Maukah kamu menikah denganku?" bisiknya bersungguh-sungguh. Saya terperangah. Tanpa sadar mata saya berkaca-kaca.Â
"Jadilah ibu dari anak-anakku," lanjutnya seraya meraba perut saya yang masih merata.
Saya tak dapat lagi bisa membendung air mata. Terlalu bahagia.
Malam meraih tangan saya. Memasangkan rembulan berbentuk cincin pada jari manis saya.Â
Hari itu juga saya telah resmi dipersunting malam. Disaksikan sunyi dan bintang gemintang.
Saya memejamkan mata. Malam mencium lembut kening saya. Lalu kamipun bercinta. Hingga saya hamil dan menjadi ibu dari semesta kata-kata.
***
Malang, Â 24 Oktober 2016
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H