"Katakan sesuatu, Za."Â
"Apa yang mesti kukatakan?"
"Apa saja."
Giza menghela napas panjang. Dipandanginya lekat-lekat pemilik wajah lembut di hadapannya itu.Â
"Kenanganku terlalu banyak, Ra. Aku khawatir kotak pandora yang kau bawa tak mampu menampungnya."
"Letakkan kenangan demi kenangan satu persatu. Jangan semua. Bertahap. Aku yakin kamu pasti bisa."Â
Giza memalingkan muka. Mencoba untuk menyembunyikan kesedihan yang tetiba hadir mengusik hatinya. Perlahan ia menarik tangannya yang tergenggam. Lalu berdiri. Merapikan foto-foto yang berserak di atas meja.
Tiara tersenyum memandanginya. Ah, kamu, mahluk Tuhan yang paling kopi, aku menyayangimu, Tiara berbisik dalam hati.
Ragu Giza melangkah menuju tempat duduknya semula.
"Kamu ingin aku membantumu, Za?" Tiara berdiri. Lelaki itu mengangguk.Â
"Masukkan semua ini ke dalam kotak pandora, Ra. Aku tak ingin melihatnya lagi." Disodorkannya tumpukan foto-foto itu. Tiara menerima dengan anggukan kecil.