Pacar kecilku, Ara, suka sekali duduk di tepi sungai. Memperhatikan aku yang sedang memandikan seekor sapi. Kaki mungilnya dibiarkan tercelup ke dalam air. Dan sesekali lututnya bergerak-gerak hingga menimbulkan bunyi kecipak.
Ara tak akan beranjak sebelum aku menggiring sapi naik ke daratan. Ia tahu aku akan menambatkan hewan itu untuk kemudian menghampirinya. Membimbing tangannya dan mengajaknya turun ke sungai. Mandi.
Selalu begitu. Hampir setiap hari kuhabiskan waktu bersama Ara dan sapi kesayanganku.
"Ahmed, kalau sudah besar aku ingin menikah denganmu," ujar Ara suatu hari. Aku tertawa.Â
"Memang Ara bisa tumbuh besar?" aku menggodanya. Ara cemberut. Bibirnya yang mungil maju beberapa senti.
"Supaya cepat besar, Ara akan banyak makan!" ia menyemangati dirinya sendiri.
***
Siang itu seperti biasa aku menunggu kemunculan Ara. Usai memandikan sapi aku berniat mengajaknya mencari bunga perdu yang tumbuh di sepanjang tepi sungai.
"Ahmed!" ada yang memanggilku. Aku menoleh.Â
Seorang pemuda seusiaku berjalan tergopoh menghampiri.
"Kamu melihat Ara?"