Aku suka nama itu. Sangat bagus. Mengingatkanku pada alat musik yang dihadiahkan Papa beberapa tahun silam saat aku masih duduk di bangku SMU.Â
"Ini merek terkenal. Produk paling mutakhir," masih kuingat ucapan Papa. Dan sebagai ungkapan terima kasih, berkali-kali aku mencium pipi Papa yang cekung.
Kini kembali aku mendengar kata-kata itu. Ibanez.Â
"Kau lihat, ia sangat lucu, bukan?" seorang pria menjawil lenganku. Aku mengangguk. Ya, Ibanez memang sangat lucu. Juga menggemaskan.
"Apakah ia bisa menghasilkan nada?" tanyaku.
"Menyanyi, maksudmu?"
"Bukan, bukan menyanyi. Tapi mengiringi nyanyian."
"Menari?"
"Ah, sudahlah, kau tak paham apa yang kumaksudkan."
Aku mengacuhkan pria yang berdiri di sebelahku. Kembali kutatap Ibanez. Seketika mataku berbinar.
***