Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I'tikaf

2 September 2016   06:16 Diperbarui: 2 September 2016   07:36 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika seusia dirimu, kisanak, aku juga kerap dilanda masalah. Terutama masalah keluarga. Hidupku kacau balau. Ekonomi keluarga amburadul, istri mulai cerewet, suka uring-uringan, mana pencemburu lagi," lelaki sepuh itu bicara dengan pandangan tetap lurus ke arah depan. 

Rahman terdiam. 

Ia jadi teringat Sumi. Istrinya itu juga sangat cerewet, mudah sekali marah dan pencemburu. Rahman mengernyitkan alis. Jangan-jangan lelaki di sampingnya ini sedang menyindirnya. 

Rahman berdehem.

"Tapi semuanya tergantung diri kita sendiri, kisanak, bagaimana kita menyikapi setiap masalah yang datang bertamu. Sekiranya kita tidak mampu mengatasinya, ya, segera mohon petunjuk kepada Allah. Ingat, hanya kepada Allah," tutur laki-laki itu seolah tahu apa yang tengah berkecamuk di hati Rahman.

Suasana kembali hening. Lelaki sepuh itu tak lagi bicara. Rahman membetulkan letak duduknya. Ia bersila. Memejamkan matanya kembali. Hatinya mulai berinteraksi. Tertuju pada sang Maha Penyayang. Khusuk dengan untaian zikir dan doa-doa.

***

Terdengar suara anak kunci diputar. Pintu masjid terbuka perlahan. Hasan, pemuda kampung yang bertugas sebagai muazin sekaligus marbot masjid tercengang saat melihat ada seseorang duduk bersila di dekat mihrab. Ia menajamkan pandangannya. 

Hasan meneliti serentengan kunci di tangannya. Bagaimana cara laki-laki itu masuk ke dalam masjid yang keadaannya terkunci? Mungkinkah ia memiliki kunci duplikat?

Karena penasaran, Hasan beringsut maju. 

"Assalamualaikum, Mas Rahman..." Hasan mengucap salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun