***Â
Ketiga remaja berjalan cepat menyusuri hutan. Tak peduli meski hari kian bertambah gelap.Â
"Perasaan kita berjalan memutar, deh!" Bagaskara bersuara memecah kesunyian. Ketiganya sontak berhenti.Â
"Ini arah kembali ke pondok tua itu!" Bagaskara melanjutkan. Dengan mata terpicing, Galuh mengamati sekitarnya. Benar. Ia melihat pohon pisang yang siang tadi diambil buahnya.
Akhirnya dengan terpaksa mereka sepakat menuju pondok tua. Untuk sementara pencarian terhadap ibunya Galuh dihentikan.
Panji mendorong pintu pondok yang mengatup. Pemuda itu membelalak kaget. Keadaan pondok porak poranda tak seperti saat ditinggalkan.
"Ada yang mampir ke pondok ini!" serunya. Bagaskara seketika menyeruak masuk diikuti oleh Galuh.
" Jangan-jangan para penjahat itu..." Galuh berbisik setengah gemetar. Panji dan Bagaskara saling berpandangan.
"Jadi benar mereka memburumu?" Panji melirik ke arah Galuh yang tampak pucat karena takut dan kelelahan.Â
'Seperti yang telah kuceritakan pada kalian. Para penjahat itu menginginkan barter nyawa kami."
"Barter?" Panji dan Bagaskara bertanya berbarengan.