Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[100HariMenulisNovelFC](#28) Sang Pelarian

15 Mei 2016   07:00 Diperbarui: 15 Mei 2016   08:34 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-27-sang-pelarian_5726dcaf959373b90fefe8e7

Di suatu tempat yang lain...

Malam itu mobil avanza berwarna biru gelap meluncur dengan kecepatan sedang. Penumpangnya seorang pria usia empat puluhan duduk di belakang setir didampingi istrinya yang cantik. Sementara di jok tengah tampak seorang gadis usia 16 tahun tengah tertidur dengan pulas.

Sesekali pria di belakang kemudi melirik gadis itu melalui kaca spion. Ada senyum tersungging di bibirnya. Lalu disentuhnya punggung tangan sang istri menggunakan tangan kirinya.

"Bersyukur Tuhan mempertemukan kita dengan anak itu, ya, Mam..." ujar lelaki itu tanpa menoleh.

Sang istri membalas senyum suaminya dengan anggukan kecil.

"Tuhan sangat sayang pada kita, Pi. Dia  mengirim anak itu untuk melengkapi kebahagiaan kita yang berpuluh tahun tidak dikaruniai anak..." perempuan itu meremas lembut jemari suaminya. Pandangannya menerawang jauh. Terlintas kembali dalam pikirannya peristiwa satu bulan  lalu,  di mana ia menemukan sesosok tubuh tergeletak di halaman rumah pada suatu siang yang terik. 

Masih segar dalam ingatannya bagaimana ia memanggil suaminya dengan suara panik.

"Ada orang jatuh! " serunya sembari mencengkeram lengan suaminya yang baru muncul dari dalam rumah. Sang suami perlahan mendekati sosok tak dikenal itu dan memeriksa keadaannya.

"Bantu aku  membawanya masuk, Mam." Suara suaminya terdengar tenang tidak seperti dirinya.

Sang istri masih berdiiri gemetar. Rasa terkejutnya belum sirna. Ia memberanikan diri mendekat.

"Pi, apakah dia baik-baik saja?" perempuan itu memandang suaminya. 

"Dia hanya pingsan."

"Oh, Pi, ini seorang gadis!"

 Perlahan perempuan itu ikut berjongkok di samping suaminya. Disibakkannya rambut gadis itu.

"Pi, dia sangat cantik!" 

Suaminya mengangguk. Membenarkan ucapan istrinya.

Lalu tanpa berkata-kata lagi, kedua suami istri itu menggotong tubuh yang masih diam tak bergerak.

Mereka menidurkan gadis itu di atas sofa ruang tamu. Sang istri masuk ke ruang dalam mengambil peralatan medis milik suaminya.

Tetiba terdengar suara rintihan halus.

"Uuuh...di mana aku?"

Kedua suami istri saling berpandangan.

Sosok itu membuka matanya sedikit. Lalu terpejam lagi. Kembali perempuan itu masuk ke ruang dalam. Sementara sang suami memeriksa detak jantung gadis itu dengan stetoskop. 

"Nak, minumlah dulu," perempuan itu menyentuh pipi gadis di atas sofa itu. Gadis itu berusaha duduk. Matanya memandang sekeliling.

"A....pa yang telah terjadi?" 

***

Mobil azanva terus melaju. Jalanan berkelok dan menurun. Udara dingin mulai menggigit. Tubuh yang meringkuk di jok tengah masih diam tak bergerak.

"Rupanya liburan kita ke puncak membuatnya kelelahan." Perempuan yang mendampingi suaminya itu menoleh ke belakang. 

"Biarkan saja. Sebentar lagi kita sampai di rumah," sahut sang suami sembari menajamkan pandangannya.

Lima belas menit kemudian mobil avanza itu berbelok dan memasuki halaman sebuah rumah besar.  Istri pria itu menoleh lagi kebelakang. Dengan suara lembut ia  membangunkan sosok  yang masih tertidur pulas di jok tengah.

"Galuh, kita sudah sampai di rumah, Nak...."

Gadis yang dipanggil Galuh itu menggeliat sebentar.

"Oh, maaf, aku tertidur, ya?" gadis itu tersipu sembari mengucek kedua matanya. Lalu ia membuka pintu mobil dan bergegas turun mengikuti ibu angkatnya yang terlebih dulu masuk ke dalam rumah.

Sementara ayah angkatnya  masih duduk di belakang kemudi, bersiap memasukkan mobil ke dalam garasi. Ketika tiba-tiba ponsel pria itu berdering.

"Dokter Marwan! Mohon segera ke Rumah Sakit. Ada pasien yang membutuhkan penanganan Anda."

"Baiklah, Ana. Saya akan segera meluncur."

Pria itu membunyikan klakson untuk memanggil istrinya.

"Mam, Papi harus segera ke Rumah Sakit. Ada pasien gawat yang menunggu pertolonganku," ujarnya begitu melihat istrinya keluar.

"Hati-hati ya, Pi." Perempuan itu tersenyum ke arah suaminya. 

Mobil avanza mundur perlahan. Lalu berputar arah. Tak lama kemudian terdengar derunya meninggalkan halaman.

Perempuan cantik itu menutup pintu pagar setelah ia yakin mobil suaminya tidak terlihat lagi.

***

Di koridor sebuah Rumah Sakit, dokter Marwan berjalan menuju ruang operasi dengan langkah tergesa. Dilihatnya dokter Ana, mitra kerjanya itu sudah berdiri menunggu di ambang pintu.

"Dokter. silakan periksa kondisi pasien baru kita," dokter Ana berjalan mendahului.

Dokter Marwan membuka kain putih yang menutupi sosok pasien di atas ranjang.

Dan alangkah terkejut ia.

Wajah pasien di hadapannya itu penuh luka tak bisa dikenali lagi!

Bersambung.....

***

Malang, 15 Mei 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Karya ini diikutkan Tantangan 100 Hari Menulis Novel FC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun