Sekelebat memori melintas remang di depan mataku.
Hutan, malam, kesunyian, pepohonan dan...
Aaarrghh, lagi-lagi memori itu hanya lewat sekilas lalu lenyap begitu saja.
***
Cahaya rembulan tak mampu menembus rerimbun pepohonan. Langkah si Coklat masih terus berderap menuju arah yang tak beraturan. Terkadang ia berbelok ke kanan, lalu menyimpang ke kiri. Sesekali ia berlari lurus mengikuti alur jalan setapak yang beronak duri.
Pada suatu tanjakan yang sulit, si Coklat menghentikan langkahnya. Aku bergegas turun dari punggungnya dan menatap sekeliling.
"Apakah kamu lelah, Coklat?"" aku mengelus lembut kepala kuda itu. Ia meringkik perlahan. Lalu kepalanya menoleh ke sebelah kiri. Seolah ingin menunjukkan sesuatu padaku.Â
Dengan keterbatasan pandangan karena gelap, aku mengikuti arah yang ditunjuk si Coklat. Aku terkesiap. Tak jauh dari tempatku berdiri, tampak sebuah gubuk tua yang tersembunyi di antara pepohonan. Â
Tanpa berpikir panjang aku segera berlari mendekati gubuk itu.Â
Perasaanku membuncah. Dalam hati aku berharap. Semoga kedua perempuan yang tengah kucari itu berada di dalamnya!
***