Di antara mereka terdapat seorang gadis yang usianya sepantaran denganku.
Aku terkesiap.
Gadis itu mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa? Lagi-lagi aku tak bisa mengingatnya.
"Rama, ini anakku yang paling besar. Namanya Cinta. Dia duduk di kelas 3 SMP. Dan kedua adik laki-lakinya itu masih duduk di bangku SD. Lalu gadis kecil paling imut dan menggemaskan ini, masih belum sekolah. Ayo perkenalkan namamu," Bunda Fatima menyentuh lembut pipi bocah dalam pelukannya itu.
"Hai, Kak! Namaku Sandra."
"Hai, Sandra, aku Rama."
Bocah kecil itu tertawa riang. Lalu melepaskan diri dari pelukan Bunda Fatima dan berlari kembali ke ruang tengah.
"Nduk, tadi siang Suki datang kemari. Katanya baru bertemu denganmu," perempuan tua di sebelah Bunda Fatima berkata.
"Mau apa dia? Jangan ladeni perkataannya, ya, Bu. Kalau tujuannya mau bertemu anak-anak, biarkan saja."
"Ia bilang akan membawa anak-anakmu."
"Anak-anak sudah diputuskan oleh Pengadilan Agama dalam pengasuhanku. Selain itu, tak akan kubiarkan mereka tinggal bersama ibu tiri."