"Terserah Mbak Fatima, mau percaya apa tidak. Yang penting saya sudah menyampaikan dengan jujur apa yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri."
Dan laki-laki muda tetanggaku itu pun berlalu meninggalkan rumahku tanpa permisi.
Kuhela napas panjang. Sekali lagi aku menata hatiku yang mulai goyah.
Tidak, aku tidak boleh termakan gosip murahan dari orang-orang yang bisa saja iri melihat kehidupan kami.
Ya, untuk sementara aku menganggap apa yang dikatakan laki-laki tadi hanyalah fitnahan belaka.
Aku perlu bicara dengan suamiku. Aku ingin mendengar sendiri dari mulutnya bahwa semua yang dikatakan laki-laki itu tidak benar.
Tapi benarkah begitu? Benarkah ini hanya gosip murahan yang tak bisa dipertanggungjawabkan?Â
Tetiba tubuhku gemetar.
Â
bersambung.......
Â