"Kita diam di sini dulu. Ayah dan Gagak Putih pasti sebentar lagi kembali."
Apa yang dikatakan Galuh benar. Sesaat terdengar derap dan ringkik kuda lagi.
"Sst...itu mereka! Jangan bersuara," Galuh menempelkan jarinya pada bibir.
Kedua remaja itu kembali meringkuk. Cukup lama mereka berdiam diri tak bergerak. Sejurus kemudian terdengar langkah kuda menjauh.
"Nah, sekarang kita benar-benar aman!" Galuh menjawil pundak Panji Asmara. Keduanya berdiri lalu keluar dari tempat persembunyian.
"Sebenarnya Gagak Putih mengetahui tempat persembunyian kita. Tapi kuda itu tak mau menunjukkan pada ayahku." Galuh berkata sedih.
"Kuda itu berada dipihakmu?"
"Iya, aku sempat membisikkan padanya untuk menjaga ayah dan merelakan aku pergi."
"Dan ayahmu sosok yang pantang menyerah."
"Ayahku sebenarnya berhati lembut. Cuma karena tuntutan tugas, beliau harus bersikap tegas."
"Apakah ayahmu ikut menyerang Jenggala?"